Thursday, September 4, 2014

Agresi Israel, Dampak dan Implikasinya Bagi Masing-masing Pihak | Kolom



Nabeel Sahli

(Elhayat London)




Berbagai analisis politik soal keuntungan dan kerugian dari masing-masing pihak 'Israel' dan Palestina dari sisi politik dan militer dalam agresi 'Israel' ke Jalur Gaza sejak Selasa, 7 Juli lalu, meski warga Gaza menunjukkan sikap tegar yang melegenda. Namun ada dampak dan implikasi berupa bencana bagi warga dan infra struktur. Hal itu disimpulkan oleh Kyung-wha Kang, asisten Sekjen PBB untuk urusan kemanusiaan dan wakil koordinasi bantuan gawat darurat di Majlis Umum bulan lalu. Imbas dan efek yang merusak yang ditinggalkan oleh serangan militer 'Israel' itu sangat berbahaya. Dunia, kata Kyung sangat khawatir terhadap pengaruh agresi bagi anak-anak dan sipil Gaza termasuk sock di masa mendatang.



Kyung menambahkan, “Tidak ada seorang pun dari warga Gaza yang selamat dari konflik ini. Banyak pihak yang pesimis karena masyarakat internasional tidak mampu menjaga mereka saat bertempur. Mereka hanya melihat kami dengan tatapan ingin dibantu. Semua orang ingin hidup damai dan layak. Namun warga Gaza tidak merasakan itu cukup lama, karena itu konflik ini harus dihentikan selamanya.”



Di antara dampak agresi bersifat bencana bagi warga Jalur Gaza kerusakan lingkungan dan unsur-unsurnya dalam segala sektor, terutama tempat tinggal, pertanian, kesuburan tanah, air dan lain penopang kehidupan lainnya. Para pakar menyatakan, bahwa agresi 'Israel' telah meninggalkan tanah menjadi terbakar. Sebagian besar wilayah Jalur Gaza tidak layak ntuk ditinggali dan ditanami serta tidak mungkin dipulihkan. Ini akibat pencemaran akibat agresi berulang-ulang di Jalur Gaza. Bahkan harus ada analisis kimia dan mengukur radiasi untuk memastikan bahayanya di masa mendatang bagi kesehatan lingkungan dan manusianya di Jalur Gaza.



Selain itu, lalu lintas peralatan berat militer 'Israel' dan dampak kerusakannya di Jalur Gaza menyebabkan kerusakan fisik tanah dan mengurangi oksigen dan tingkat serapan air serta mematikan tanah. Ini membutuhkan rehabilitasi jangka panjang dan biaya besar. Dimana setiap centimeter tanah membutuhkan 100 tahun ke kondisi semula.



Sebelum bicara kerugian dan dampak ekonomi, meski 'Israel' sudah menarik diri dari Jalur Gaza dan membekukan pemukiman Yahudinya di tahun 2005 setelah menjajahnya dalam waktu lama. Namun militer 'Israel' menjadi Jalur Gaza seperti penjara besar bagi lebih dari 1,6 juta warga Palestina di wilayah yang tidak lebih dari 365 km2 , menjadi sasaran pembunuhan dan penghancuran setiap hari secara sistematis.



Kemiskinan, kelaparan menjadi pemandangan umum di antara warga Jalur Gaza akibat blokade dan penutupan perlintasan terutama sejak musim panas tahun 2007. Pengangguran 60% dari total tenaga kerja, lebih dari 2/3 penduduk Palestina di Jalur Gaza berada di bawah garis kemiskinan.



Agresi juga menciptakan bencana ekonomi dan social. Data Palestina dari pusat HAM internasional dan sumber-sumber pemerintah memperkirakan, disamping 2000 lebih korban tewas, 400 di antaranya anak-anak, 10 ribu luka, kerugian ekonomi dan penghancuran sistematis infrastruktur di Jalur Gaza akibat 51 hari agresi sangat besar. Total rumah yang menjadi target penghancuran adalah 10.604, 1724 lainnya dihancurkan total, 8.880 rumah lainnya rusak sebagian.



Data lain menunjukkan 12 mobil ambulan hancur, 10 pusat pelayanan kesehatan rusak, 34 pusat kesehatan ditutup, 13 rumah sakit rusak, 16 pekerja sector kesehatan gugur, 38 luka. Sekolah dan kampus tak selamat dari serangan, 188 sekolah rusak,152 ribu pelajar dirugikan, 6 kampus Palestina rusak dan 10 ribu mahasiswa dirugikan.



Total kerugian ekonomi akibat agresi ke Gaza mencapai 2,4 milyar dolar US, 1.960 milyar dolar US kerugian langsung, 440 juta dolar US kerugian tidak langsung. Belum lagi 19 fasilitas perusahaan listrik rusak total dan sebagian. Sebagian laporan menunjukkan bahwa biaya rekonstruksi Jalur Gaza akan menelan 5 milyar dolar US.



Selain itu, akibat agresi ‘Israel’ ke Jalur Gaza, sebanyak 22 lembaga sosial rusak, 180 ribu penerima santunan, 475 ribu orang terlantar akibat kekerasan ‘Israel’ dan 310 ribu orang terlantar dan terusir dari rumah mereka dan 165 ribu terusir karena rumah mereka hancur.



Meski kini sedang dilakukan usaha rekontruksi, namun pertanyaan terpenting adalah kapan blockade Jalur Gaza dibebaskan? Kapan perlintasan-perlintasan dibuka? Apakah Gaza akan memiliki pelabuhan dan bandara udara dengan penuh? Semuanya tergantung sikap bersatu Palestina, dukungan Arab dan dunia internasional. Apalagi kesadaran barat akan citra ‘Israel’ sebagai Negara rasis makin terkuak. (at/Infopalestina.com)











sumber : http://ift.tt/1t5Ty76

No comments:

Post a Comment