Sunday, September 28, 2014

Kwik Kian Gie - Hak Rakyat Mana yang Dirampas?



Argumen bahwa Pilkada melalui DPRD merampas hak rakyat sangat banyak dipakai oleh yang pro Pilkada langsung.



Marilah kita berpikir jernih dan jujur. RAKYAT MANA? Jumlah rakyat yang ikut Pilpres adalah 70 juta untuk Jokowi dan 62 juta suara untuk Prabowo. Jokowi memperoleh 53% suara rakyat.



Dari perbandingan angka ini saja tidak dapat dikatakan seluruh rakyat merasa haknya dirampas. 62 juta suara bukannya nothing.



Dalam poster kampanye, gambar yang dijadikan template adalah Bung Karno, Megawati dan Jokowi.



Pikiran Bung Karno tentang emokrasi sangat jelas, yaitu Demokrasi Perwakilan, dan itupun ditambah dengan asas pengambilan keputusan yang tidak didasarkan atas pemungutan suara melulu.



Bung Karno menggunakan istilah diktator mayoritas dan tirani minoritas untuk mempertegas pendiriannya.



Dia juga selalu mengemukakan apakah 50% plus satu itu demokrasi ? Apakah 50% plus satu itu boleh dikatakan sama dengan “Rakyat” ?



Jumlah rakyat Indonesia yang menggunakan hak pilihnya termasuk yang tertinggi di dunia. Apakah penggunaan hak politiknya yang berbondong-bondong itu karena sangat sadar politik ataukah datang untuk menerima uang dari para calon legislatif maupun eksekutif yang dipilih secara langsung ?



Kalau 5 tahun yang lalu uang yang harus dikeluarkan untuk menjadi anggota DPR rata-rata sekitar Rp300 juta, di tahun 2014 sudah menjadi Rp3 milyar.



Demokrasi, walaupun sistem perwakilan membutuhkan rakyat yang sudah cukup pendidikan dan pengetahuannya. Marilah kita sangat jujur terhadap diri sendiri. Apakah bagian terbesar dari rakyat Indonesia sudah cukup pendidikannya?



Para calon presiden sendiri mengemukakan betapa tertinggalnya bagian terbesar dari rakyat kita dalam bidang pendidikan yang dijadikan fokus dari platformnya.



Berbicara soal pilkada langsung rakyat digambarkan sebagai yang sudah sangat kompeten menjadi pemilih yang sangat bertanggung jawab.



Melihat demikian banyaknya orang yang demikian luar biasa semangatnya untuk memasuki arena penyelenggaraan negara, kita patut tanya pada diri sendiri tentang apa motifnya?



Apakah mereka demikian semangat, demikian ngotot, bersedia mengeluarkan uang, bersedia menggadaikan harta bendanya untuk menjadi anggota legislatif atau eksekutif itu karena demikian luar biasa cintanya kepada bangsa, ataukah sudah membayangkan harta dengan jumlah berapa serta ketenaran dan kenikmatan apa yang akan diperolehnya? (fs)



(Catatan : Kwik Kian Gie, Menko Ekuin 1999 - 2000, Menteri Perencanaan Pembangunan dan Kepala Bappenas 2001 - 2004)











sumber : http://ift.tt/1vnkTVN

No comments:

Post a Comment