Kemarin sore aku anter anakku Kevin potong rambut.
Subhanallah tukang cukurnya galak dan emosian. Amsyong bener ane :)
Dari pertama Kevin mau duduk, si tukang cukur udah bilang NTAR! Kaku mukanya, sambil menyiapkan kayu tambahan buat didudukin. Kenapa kok ngga bilang, "Eh bentar-bentar dek, Aa tambahin ini dulu." sambil senyum ramah. Ee ini ketus banget.
Aku lalu minta Kevin dipotong cepak begini dan begitu.
Namanya orang lagi nyolot sejak awal ya, dia langsung emosional:
"Situ tau ngga sih cepak itu apa??"
Whaaaaaaat?
Glek.
"Ayo, Kevin pulang."
Hampir aja aku bilang gitu. Tapi saat itu aku diem aja bengong dimarahin tukang cukur, hahaha.
Kalo kujelasin juga ntar malah nambah amarah, "Ya udah terserah mas aja" kataku.
Eh malah dia ngomel-ngomel apa gitu, pake tarik nafas segala. Kaya keseeel banget. Mungkin lagi berat hidupnya?
Ya sudah lah, aku duduk. Dan Kevin tetep dipotong dengan rapi. Tidak lupa bayar sepuluh rebu plus senyuman dan ucapan terimakasih yang ramah atas pelajaran sore itu.
Jadi inget tulisan yang banyak di-share kemana-mana tentang Hukum Truk Sampah oleh David J. Pollay.
"Many people are like garbage trucks. They run around full of garbage, full of frustration, full of anger, and full of disappointment. As their garbage piles up, they look for a place to dump it. And if you let them, they’ll dump it on you. So when someone wants to dump on you, don’t take it personally. Just smile, wave, wish them well, and move on. Believe me. You’ll be happier.”
Banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling membawa sampah seperti: frustrasi, kemarahan, kekecewaan. Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya, dan seringkali mereka membuangnya kepada Anda. Jangan ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan, doakan mereka, lalu lanjutkan hidup. Percayalah, hidupmu akan lebih bahagia.
(Ardian Squ Candra)
sumber : http://ift.tt/1BkwZyY
No comments:
Post a Comment