Tuesday, December 30, 2014

Puisi Renungan W.S. Rendra... Seperti Ditulis Untuk Kondisi Hari Ini






Seringkali aku berkata,

Ketika semua orang memuji milik-ku

Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan



Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya

Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya

Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya

Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya



Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:

Mengapa Dia menitipkan padaku???

Untuk apa Dia menitipkan ini padaku???

Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ???

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?



Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah

kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,

kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.



Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku, aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil, lebih banyak rumah, lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,



Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:

aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.



Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.

Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,

dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku.



Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,

hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…



“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”



(WS Rendra)



*Puisi saat-saat terakhir Rendra yang dituliskannya di atas tempat tidur Rumah Sakit.

Al-Fatihah... untuk (alm) Rendra...







sumber : http://www.pkspiyungan.org/2014/12/puisi-renungan-ws-rendra-seperti.html

No comments:

Post a Comment