Putra mantan Presiden Soeharto yang kini namanya mulai melejit di jagad media sosial Twitter dan Facebook sore ini, Kamis, 25 Desember 2014 kembali mengeluarkan pertanyaan serius terkait sebuah stasiun televisi dan sekaligus menyindir Komisi Penyiaran Indonesia.
Mengomentari salah satu kicau akun stasiun televisi swasta Metro TV, Tommy pun bertanya.
Akun Metro TV yang menuliskan teguran Komisi Penyiaran Indonesia kepada pasangan Anang dan Ashanty, mendapat sentilan dari Tommy.
"@Metro_TV : Newshow : KPI Semprit Anang-Ashanty"
Kicauan ini dibalas Tommy melalui akun twitter @TommySoeharto62: Stasiun TV propaganda, kapan disemprit? Atau takut kena semprit balik?"
Memang, sejak Partai Nasdem yang dipimpin Surya Paloh merapat ke koalisi Jokowi, pemberitaan di Metro TV berubah total. Stasiun TV yang ketika muncul pertama kali ke ruang publik membawa suasana segar bagi pebisnis dan penikmat berita, kini Metro TV bahkan nyaris mirip televisi resmi pemerintah.
Secara bergurau, beberapa orang menyebut Metro TV sudah menggantikan TVRI dalam memberitakan kegiatan pemerintah, terutama Jokowi.
Tak ada yang salah, karena media memang bukan pengadilan yang harus bersikap objektif dan tak memihak. Namun tak bisa pula menyalahkan pendapat publik yang memberi label media propaganda bagi stasiun TV yang dimiliki oleh Ketua Umum Parpol Nasdem itu.
Kicauan Tommy ini memang tak merujuk kepada Metro TV. Namun sebagian pembaca yang cukup mampu melihat situasi politik, bahkan sudah dapat membayangkan bahwa dengan satu kicauan, Tommy menohok dua pihak, pertama, media yang siarkan propaganda dan kedua, Komisi Penyiaran Indonesia itu sendiri yang "takut kena semprit balik" oleh pemilik media yang dikenal "berkantong tebal" dan kini sedang berada dalam pusaran pusat kekuasaan.
Pertanyaan Tommy pun menjadi sangat faktual dan perlu direnungi lebih dalam oleh mereka yang menepuk dada dan menyatakan jurnalis televisi dan pemerhati media. (fs)
sumber : http://ift.tt/1HGcX59
No comments:
Post a Comment