Tuesday, July 22, 2014

Maka, Menjadilah seperti Musa




Maka, Menjadilah seperti Musa

(July 23, 2014 at 7:20am)



Kutulis kata-kata ini saat kau sudah tekad berkata

Lantang mundur dari ajang yang bikin Indonesia berkamar dua

Bahwa ada aksi curang, culas menggelembungkan suara

Hingga akhirnya kau urung jadi pemimpin Indonesia



Tapi ini bukan beban di pikiran hamba

Meski sinis, caci, cerca, terus membahana

Apa saja yang kau pikir dan bicara

Satu simpul di kepala mereka:

Kau, manusia berbahaya!



Meski kau urung di singgasana

Kau sudah lekati di dalam dada

Jangan surut hanya karena mereka jumawa

Atas ‘kalah’ yang kau derita

Itu tidaklah seberapa

Andai kau masih mau mengabdi pada bangsa

Demi Indonesia tidak kian nestapa

Di bawah duli presiden bergaya jari dua



Belajarlah kau pada Musa

Saat ia terusir kalah lalu dihina

Berkonsolidasi di Madyan demi titah-Nya

Bersiap siaga melawan sang angkara

Raja pendaku tuhan semesta



Kadang siapa saja berubah karena kuasa

Dulu lugu, kelak zalim demi wibawa

Ditopang puji dan puja tak berkira

Dari tukang hitung cepat, pemerhati, hingga media utama

Ditopang intelektual dan alim ulama pelawan fatwa

Maka jadilah: yang hitam, putih dikata

Yang berdarah-darah dibilang niscaya dalam angka



Pada akhirnya

Semua bisa menjadi apa saja

Jadikan presiden berpredikat durjana

Seperti Firaun di negri Mesir sana



Selaksa Musa yang riwayatkan setitik nista

Karena regangkan nyawa orang tak sengaja

Setitik aib pula yang benamkan kau selamanya

Sebagai penjahat hak asasi manusia, katanya



Tapi, bangkitlah! Buktikan kau berjiwa ksatria!

Seperti Musa saat tegakkan kalimat lillahi ta’ala

Agar tuhan yang disembah hanya Dia saja

Bukan raja-raja jahat penuh polesan citra



Kau mungkin tetap selemah Musa

Saat gagap bila nanti hadapi penguasa angkara murka

Batarakala adikuasa cengkerami negara

Dan kau telah miliki para bajik bak Khidir dan Harun namanya



Ada ulama yang sebenarnya merawat agama

Bukan sekadar fatwa meski disebut ‘bajingan’, dihina

Bertabiklah pada sederet para bijak yang siap berkata

Menasihat dari hati agar amarah berpadu dengan kuatnya jiwa

Masih ada waktu untuk berbenah melawan dusta murka

Masih ada ruang untuk mencinta, pada Indonesia tercinta

Bukan sekadar bersimbolkan burung garuda

Lebih dari itu: mendamba Nusantara jaya berpilar Pancasila



Jenderal, tetaplah kau seperti kuda!

Berlari menggapai cita, menolak lupa

Tanpa kesumat dendam membara

Karena kami percaya: menjadi dewasa

Tak harus selalu tampil di muka

Ia bisa hadir sebagai oposan penguasa

Biar rakyat tidak mudah lupa

Agar Indonesia tidak menjadi Bani Israel di hadapan Musa.



(Buat seorang perwira yang berani melawan tirani Moerdani, tapi hormati Jenderal Bintang Lima AH Nasution)



*Puisi karya Yusuf Maulana









sumber : http://ift.tt/1nl4tcU

No comments:

Post a Comment