Stefano di acara buka puasa bersama anak-anak yatim dengan PKPU Lembaga Kemanusiaan Nasional |
Kalau bertanya pada orang Indonesia yang tinggal di Italia mengenai Stefano Romano, sebagian besar tentu akan mengenalnya. Bahkan beberapa sempat mendapat bidikan lensa dari fotografer kondang ini. Stefano Romano adalah fotografer terkenal kelahiran Roma, Italia.
Pria lulusan Universitas La Sapiense Roma jurusan literature dan filosofi ini memilih profesi sebagai seorang fotografer dengan spesialisasi portrait photography, di mana dengan hasil bidikan lensanya, berbagai wajah dan ekspresi diri akan tertangkap jelas dan indah. Penulis berkesempatan untuk berkenalan langsung dengan Stefano Romano dan berdiskusi mengenai aktifitas masing-masing beberapa pekan sebelum Stefano berangkat ke Indonesia.
Di samping berprofesi sebagai freelance photographer, Stefano Romano adalah jurnalis Frontiere News, media berbasis di Italia ini memberitakan berita-berita dan reportase interkultural dan kondisi masyarakat di berbagai belahan dunia. Media ini memiliki jaringan yang terdiri dari jurnalis, fotografer, aktivis ham, citizen jurnalist, blogger, dan cultural mediator dari semua benua dari Asia, Eropa, sampai Amerika, bahkan termasuk di negara-negara konflik seperti Palestina, Irak, dan Siria.
Di samping itu, pria kelahiran 1974 ini adalah kontributor baltyra.com, majalah online dari orang-orang Indonesia yang tersebar di seluruh dunia (Global Community Nusantara/Global Citizen) untuk mereportase berbagai kegiatan komunitas Indonesia di Italia seperti festival kebudayaan, fashion show, dan lain-lain.
Dalam sebagian hasil karyanya, Stefano Romano sering menampilkan wajah wanita muslimah dengan jilbabnya. Seperti dikisahkan (voa-Islam dan PKPU TV) Stefano ingin menunjukkan dakwah melalui lensanya bahwa perempuan dalam Islam mempunyai hak untuk menentukan keinginannya sendiri, dalam hal ini cara berpakaian. Mereka menutup aurat karena kesadaran, bukan karena takut dengan suami ataupun dengan orang tua. Dalam menutup aurat pun, perempuan Islam tetap kelihatan cantik dengan ragam warna dan model yang dipilihnya.
Hitam bukan satu-satunya pilihan dalam pilihan berbusana muslimah. Walaupun ada berbagai pendapat dalam Islam tentang mengabadikan kecantikan perempuan dalam foto, Stefano merasa bahwa apa yang dia lakukan masih dalam batasan Islam. Stefano Romano memeluk Islam beberapa tahun yang lalu melalui aktifitas pekerjaannya. Di belakang foto ada cerita, begitu paparan Stefano. Melalui pekerjaannya sebagai fotografi Stefano memeluk Islam. Begini kisahnya.
Stefano melihat cahaya khusus di wajah-wajah muslimah yang dilihatnya. Wajah-wajah muslimah dalam lensa kameranya itu bercahaya dan belum pernah dilihatnya sebelumnya. Cahaya dan keteduhan mata ini yang ingin dimiliki juga oleh Stefano. Stefano Romano juga menemukan kedamaian tersendiri ketika bergaul dengan komunitas muslim Indonesia di Roma sehingga akhirnya dia memutuskan untuk memeluk Islam setelah satu tahun mempelajari Islam.
Menurut Stefano muslim Indonesia berbeda dengan muslim dari negara lain karena penerimaan dan tingkah lakunya. Stefano Romano memang sering diminta untuk mengabadikan kegiatan-kegiatan kultural di KBRI Roma dan juga kedutaan-kedutaan negara-negara Asia lainnya seperti Malaysia, Philipina, Bangladesh dan Pakistan.
Dalam perjalanannya, Stefano menikahi muslimah Indonesia bernama Bayu Bintari Fatmawati yang juga mengenakan hijab. Melalui saran Bayu Bintari inilah Stefano menghubungi Pengajian Iqro komunitas Islam Indonesia di KBRI Roma. Saat itu kedusnya baru kenal di acara sesi pemotretan muslimah di Masjid Roma.
Di pengajian Iqro ini hubungan dengan komunitas islam Indonesia terjalin, Stefano mempelajari Alquran dengan metode Iqro. Dengan penuh semangat Stefano belajar membaca Alquran hingga Iqra empat saat ini. Stefano sangat tertarik dan menikmati mempelajari hadist Bukhari yang menurut dia mudah dipelajari sendiri karena terkait dengan kehidupan biasa sehari-hari Rasulullah SAW. Untuk Alquran, Stefano mempelajarinya dengan pendampingan guru di pengajian iqro KBRI Roma.
Peran pendamping bagi muallaf sangat krusial sebagai pembimbing dan pengarah. Ketika marah dan mengucapkan kata kasar (parolaccia di Italia), Bayu Bintari mengarahkan suaminya untuk mengucapkan istigfar dan sekarang menjadi kebiasaan Stefano untuk mengucapkan doa yang diajarkan dalam Islam dan meninggalkan kebiasaan lama. Stefano sangat cinta dengan Indonesia, Stefano sering mengenakan batik dan dia menyebut dirinya sebagai Orang Kampung karena ketertarikan dengan potret-potret kampung di Indonesia.
Saat ini Stefano sedang pulang kampung ke Indonesia. Meskipun sedang mempersiapkan eventnya “Capture the Beauty, Spread the love”, workshop dan photo exhibition di kedutaan Italia di Jakarta (IIC) tanggal 16 Agustus ini, Stefano masih menyempatkan diri menghadiri buka puasa bersama anak yatim di Jakarta yang dikelola oleh PKPU, yayasan kemanusiaan yang juga pernah diwawancarinya untuk Frontiere News. Di Jakarta inilah justru gantian PKPU yang mewancarinya dalam program Pintu Inspirasi di PKPU TV. (detik*)
*) Masruri
(Penulis adalah anggota PPI Italia, kordinator Keluarga dan Komunitas Islam Indonesia di Italia, dan mahasiswa S3 bidang Teknologi Informasi, University of Parma, Italia.)
sumber : http://ift.tt/1zo13dX
No comments:
Post a Comment