Oleh Barhoum Juraisi
Kementerian Luar Negeri 'Israel' beberapa hari lalu telah merampungkan laporan tahuannya soal agenda politik luar negerinya di tahun 1015. Garis-garis besar agenda itu dan rinciannya menunjukkan kembali bahwa tidak ada yang baru dalam politik luar negeri 'Israel' sejak puluhan tahun lalu. Dimana 'Israel' selalu menggantungkan diri kepada dukungan Amerika secara mutlak.
Namun laporan dan piagam kali ini membuktikan sekali lagi bahwa impian Menlu Avigdor Lieberman harus dibuang jauh-jauh sejak dia menjabat menlu lima tahun lalu. Mimpi itu adalah ingin membalikkan perimbangan kekuatan klasik untuk meluaskan pengaruh 'Israel' di dunia. Bahkan Lieberman ingin membangun hubungan dengan Rusia mengorbankan hubungannya dengan Amerika.
Laporan tahunan politik luar negeri 'Israel' ini didasarkan kepada kerja pusat kajian-kajian yang ada di kementerian itu yang merupakan unit kajian berdasarkan intelijen khusus. Tema utama dari laporan terakhir 'Israel' adalah usaha meningkatkan koordinasi dan menguatkan hubungan dengan pemerintah Amerika. Secara khusus, laporan akan menjamin aksi Amerika di PBB untuk menggagalkan semua usaha dan prakarsa Palestina dan Arab untuk memperoleh pengakuan negara Palestina dan mengakhiri penjajahan 'Israel'.
'Israel' pada prinsipnya sudah merasa tenang dengan hak veto Amerika yang diharapkan 'Israel' bisa menggangalkan rancangan resolusi Palestina yang biasanya akan memperoleh suara mayoritas dalam votingnya di Dewan Keamanan PBB. 'Israel' juga ingin mengurangi suara mayoritas dalam voting-votingnya di Majlis Umum pBB terutama mengurangi jumlah negara Eropa yang terus berkembang dalam memberikan dukungan kepada resolusi mendukung PBB.
Jika diperhatikan, laporan kementerian luar negeri 'Israel' ini memberikan sedikit membahas soal perundingan dengan Palestina dimana Lieberman dalam beberapa tahun belakangan ini membuangnya dari agenda utama kementerian dan pemerintahannya. Ia beralasan masih ada skala prioritas lainnya bagi 'Israel'. Ia juga berlasan bahwa tidak ada partner Palestina yang mampu meneken kesepakatan damai dengan 'Israel'. Lebih dari itu, piagam 'Israel' ini menyerukan agar Eropa memberikan kesempatan bermain dalam perundingan bahkan dilibatkan dalam menyepakati perundingan kawasan yang lebih luas atau dengan negara-negara Arab.
Alasan Lieberman memprluas hubungannya bahkan Rusia dan Amerika Latin dengan alasan tidak ingin tersandera dengan Amerika. Namun para pengamat dan penentu kebijakan 'Israel' meremehkan agenda Lieberman itu karena hal dianggap bodong sebab tidak mengerti tabiat hubungan 'Israel' – Amerika. Bahkan Lieberman mengorbankan reputasinya di mata Amerika. Hanya Liebermanlah yang sejak menjabat jadi menteri luar negeri tidak disukai di Washington. Sangat jarang bertemu dengan politisi Amerika kecuali dalam pertemuan tak memiliki bobot.
Agaknya langkah Lieberman salah. Sebab selama beberapa tahun belakangan Amerika latin mengalami banyak perubahan. Sementara agenda luar negeri Rusia tidak banyak berubah.
Sementara di sisi lain, Eropa menunjukkan adanya perubahan dengan munculnya sejumlah proyek politik baru baik di level pemerintahan atau parlemen terkait dengan pengakuan terhadap negara Palestina, seperti yang secara riil terjadi di Swedia dan Inggris. Meski ini keputusan politik, dan tidak realisasi nyata di lapangan, namun ini juga membuang angan-angan 'Israel' dan Lieberman yang disampaikan pada September lalu bahwa agenda Palestina akan disingkirkan dari agenda diplomasi internasional. Namun ketika dibuka pertemuan rutin Majlis Umum PBB justu mengagendakan masalah Palestina sebagai salah satu agenda utama. Tinggal langkah elit Palestina yang harus tetap berusaha masalah Palestina menjadi agenda utama di forum internasional. (at/http://ift.tt/1sBog62)
sumber : http://ift.tt/1DYsX2r
No comments:
Post a Comment