Jakarta - Tokoh pendidikan Arif Rahman mengkritik konsep Revolusi Mental yang dicanangkan pasangan Jokowo-JK. Menurutnya, Revolusi mental bertentangan dengan prinsip pendidikan
"Saya terus terang aja, mental itu jangan direvolusikan lah, mental itu secara didaktif itu evolusi, saya tidak bisa mempercepat pembentukan mental seorang dengan waktu yang saya standarkan. Dan itu boleh dikatakan itu bertentangan dengan prinsip pendidikan," kata Arif di kediaman Probosutedjo, Senin (1/7/2014).
Menurut Arif, mental seseorang tidak dapat direvolusi. Namun bisa dievolusi dengan proses yang sangat diperlukan.
"Mental kan tidak bisa direvolusikan, bagaimana kita bisa membuat seseorang dari mental A ke mental B, tanpa sesuatu proses, jadi proses itu sangat diperlukan," ujarnya.
Saat ditanya apakah metode revolusi mental ala Jokowi bisa diterapkan atau tidak, Arif menilai metodologi soal revolusi mental adalah salah.
"Mungkin niatnya baik, tapi metodologisnya keliru, salah," katanya.
Sementara itu, Arif menilai konsep pendidikan inklusi yang dilontarkan Hatta Rajasa saat debat cawapres merupakan suatu terobosan baru dan sedang mendunia.
"Pendidikan yang berkeadilan, menjangkau yang tak terjangkau, pendidikan yang tanpa diskriminasi, pendidikan yang memperhatikan setiap kemampuan dari setiap anak, dan ini adalah terobosan yang luar biasa. Dan itu nanti akan mengemas kurikulum 2013 dengan suatu proses pembelajaran yang paling baru," katanya. (detik)
sumber : http://ift.tt/1qiohyD
No comments:
Post a Comment