Saat tahu, bahwa abad 21 adalah tahun kebangkitan umat Islam. Salibis dan Zionis bangkit dengan ragam studi. Lahirlah kajian-kajian Islamologi dan Orientalisme, dengan target mematikan kebangkitan Islam dari akarnya.
Kini, Barat bukan hanya sukses memperbudak dunia Islam. Lebih dari itu, mereka berhasil memadamkan pusat-pusat studi Islam. Madinah, Mekkah, Kairo, Bagdad, Damaskus. Pusat-pusat studi Islam itu padam.
Namun bagi saya, padamnya pusat-pusat studi Islam dan pudarnya wibawa para ulama di negeri-negeri tersebut mengajarkan banyak hal.
1. Kajian Islam yang hanya sebatas makrifah (pengetahuan), hanya melahirkan generasi yang pandai beretorika tapi minus karya nyata yang bermanfaat langsung bagi kehidupan.
Silahkan perhatikan hasil-hasil kajian di kampus-kampus Islam. Skripsi S1, tesis S2, dan desertasi S3, hampir kebanyakan berisi "pengulangan" atas teori-teori yang sudah ada sejak zaman imam Madzhab dan setelahnya. Kajian yang menghasilkan kajian, untuk kemudian dikaji dan melahirkan kajian kembali. Lalu produknya mana? Produknya telah disiapkan Barat (Zionis dan Salibis).
2. Kajian Islam yang hanya sebatas tsaqofah (wawasan, budaya) hanya melahirkan generasi apologis. Generasi yang hanya terbentuk dari segi gaya, namun tidak pada karya.
Silahkan perhatikan gaya (style) kebanyakan generasi yang lahir dari kampus Islam. Islam diterjemahkan sebagai simbol, bukan sikap mental. Wanita berkerudung pendek. Ikhtilath lumrah. Pengajian jadi ma'isyah. Ya, kemudian berbondong-bondong menjadi abdi pemerintah.
Generasi ini boleh jadi mampu mencapai gelar tertinggi di dunia pendidikan. Master atau Doktor. Namun gelarnya itu tak sampai pada perubahan wujud mental. Hampir tak tercermin dalam moral, sikap mental, dan sumbangsih nyata membangun peradaban di skala lokal, nasional, apalagi internasional.
Lalu apa solusinya? Sayyid Quthb menegaskan, "Jalan terbaik bukan hanya sekedar kekuatan makrifah dan kekuatan tsaqafah. Tapi kekuatan tarbiyyah yang dapat melahirkan generasi terbaik umat."
Tarbiyah yang melahirkan generasi berilmu, berbudi, namun juga menjadi penggerak segala kebaikan bagi umat. Tarbiyyah yang mencetak jiwa-jiwa perindu surga yang tidak sekedar slogan atau fanatisme buta. Kita merindu suatu hari nanti, generasi tertarbiyyah inilah yang mampu memproduksi produk-produk lokal, nasional, internasional. Membeli saham-saham perusahaan multinasional di seluruh benua. Lalu menjadi donatur tegaknya Islam dan syariatnya bukan sekedar gemuruh di toa.
(Nandang Burhanudin)
sumber : http://ift.tt/1JKUEPY
No comments:
Post a Comment