Saturday, December 20, 2014

INDOSAT, Apa kabar rencana buy back Pak Jokowi?






INDOSAT. Desember ini, 14 tahun sudah, PT Indonesia Satelit atau Indosat dijual. Lewat siaran pers yang dikeluarkan Minggu 15 Desember 2002, Kementerian Negara BUMN mengumumkan saham Indosat telah dijual Asia Mobile Holdings Pte. Ltd., anak perusahaan Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. Pembelian itu diteken pada hari yang sama lewat mekanisme share purchase agreement seharga Rp 5 triliun lebih.



Dari proses pembelian itu, Asia Mobile awalnya mengantongi 41,94% saham Indosat tapi sampai lima tahun kemudian kepemilikan sahamnya membengkak menjadi 65%, sementara pemerintah Indonesia hanya mengantongi 14,29%. Sekitar setahun sebelum Asia Mobile memborong saham Indosat, Singapore Telecommunications Ltd. atau SingTel juga membeli 35% saham PT Telkom Seluler alias Telkomsel seharga Rp 10 triliun.



Dengan demikian, sejak Kementerian BUMN mengumumkan penjualan Indosat kepada Asia Mobile pada hari Minggu di pertengahan Desember 12 tahun tahun lalu, praktis, dua BUMN strategis berada di bawah kontrol Temasek Holdings Pte. Ltd. Nama yang disebut terakhir adalah raksana telekomunikasi Singapura. Pemegang saham terbesar Temasek adalah Lee Hsien Loong, PM Singapura. Dia anak Lee Kuan Yew, eks PM Singapura. Ketika proses pembelian saham Indosat dan Telkomsel, Lee Hsien adalah menteri keuangan Singapura.



Di Indonesia, konglomerasi ini sudah cukup lama terlibat bisnis dengan sejumlah taipan untuk usaha memburu sektor telekomunikasi. Nama Temasek, paling tidak sudah dikenal ketika membentuk PT Bukaka Sing Tel pada 1996, bersama perusahaan milik Jusuf Kalla. Perusahaan patungan ini, kala itu, memenangkan tender pembangunan 403 ribu sambungan baru selama tiga tahun dengan nilai Rp 1,1 triliun.



Bersama Cargill Golden Agri Resources, Temasek juga masuk dalam pengelolaan dan pengembangan perkebunan minyak kelapa sawit di Indonesia. Bisnis ini semula hanya dimonopoli konglomerat seperti Eka Tjipta Wijaya, yang antara lain bekerja sama dengan Liem Sioe Liong dan Ciputra.

Cargill adalah salah satu perusahaan pengolah minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunannya lebih dari dari 258 ribu hektar dengan 16 fasilitas penambangan minyak kelapa sawit mentah. Karena keperkasaan Cargill itulah, Temasek tertarik terjun di pengelolaan kelapa sawit di Indonesia untuk menguasai pasar kelapa sawit di Asia.



Ketertarikan Temasek masuk ke Cargill, karena di sana, ada saham Liem Sioe Liong. Nama yang dianggap oleh Temasek dianggap sebagai jaminan nomor wahid. Lewat Salim Group, Liem memiliki 20 persen saham Camerlin Group, di mana Temasek juga mempunyai saham besar di dalamnya.

Camerlin adalah sebuah perusahaan investasi global, yang aset terbesarnya ditanam pada Southern Steel Bhddan Brierley Investments Ltd, Keluarga Liem dan juga Suharto, bekas Presiden RI sama-sama memiliki 24,4 persen saham Brierley Investments, yang mayoritas sahamnya juga dimiliki oleh Temasek.



Di luar Indonesia, gurita bisnis Temasek juga melilit di banyak negara, termasuk di Belgia dan Filipina. Di Thailand dengan membeli saham Advanced Info Service, sebuah perusahaan seluler yang memiliki 9,75 juta pelanggan. Di Hong Kong, Temasek mengantongi kepemilikan saham APT Satelite, penyedia jasa satelit telekomunikasi untuk kawasan Asia Pasifik. Temasek juga masuk di India melalui Bharti Grup, perusahaan yang bergerak di sektor jasa telepon seluler, telepon tetap, hingga satelit. Penguasaan oleh Temasek itu, semuanya lewat Singapore Telecom Telemedia.



Di Indonesia, Asia Mobile belakangan menjual saham mereka di Indosat kepada Qatar Telecom [kini berganti nama menjadi Ooredoo]. Kejadiannya juga terjadi pada hari Minggu, 8 Juni 2008 ketika pasar sedang libur dan karena itu tanpa tercium oleh media. Beberapa media yang memberitakan penjualan itu hanya mendapatkan tembusan siaran pers yang dikeluarkan oleh Asia Mobile dan Qatar Telecom, persis seperti siaran pers Kementerian BUMN ketika menjual Indosat pada Asia Mobile. Nilainya: Rp 16 triliun. Dengan nilai sebesar itu, Asia Mobile mengantongi (keuntungan) hampir Rp 11 triliun hanya dalam lima tahun.



Bagaimana dengan saham Telkomsel?



Di zaman SBY, pemerintah sudah beberapa kali menyatakan minat untuk membeli kembali saham-saham Telkomsel dari kantong Temasek, tapi raksasa Singapura itu bergeming tak hendak melepas saham Telkomsel, dan keengganan Temasek masuk akal. Salah satu alasannya karena Telkomsel adalah angsa emas bagi mereka. Dengan kapitalisasi pasar Telkomsel yang tahun lalu mencapai US$ 24 miliar, maka kapitalisasi SingTel yang mengantongi sepertiga saham Telkomsel, mencapai Rp 8 triliun, delapan kali lipat dibandingkan saat investasi [2001]. Setiap tahun, SingTel juga mendapat deviden Telkomsel sekitar Rp 4 triliun.



Alasan lainnya, tentu demi kepentingan strategis Singapura. November tahun lalu, publik dihebohkan oleh isu penyadapan presiden RI dan beberapa pejabat lain, oleh Direktorat Intelijen Australia [ASD]. Media The Guardian waktu itu, bahkan secara jelas menyebut keterlibatan provider lokal termasuk Indosat dan Telkomsel.



Empat bulan kemudian, Badan Nasional Keamanan Amerika Serikat [NSA] dan ASD diberitakan oleh Canberra Times telah mengakses data Indosat untuk menyadap komunikasi sejumlah pejabat di Indonesia pada 2012. Tahun berikutnya, NSA mendapatkan 1,8 juta kunci enkripsi Telkomsel untuk menyadap komunikasi para pelanggannya.



Lalu apa kabar rencana buy back Indosat itu, Pak Jokowi?



*dari wall fb Rusdi Tandingan Mathari







sumber : http://ift.tt/13pPQyh

No comments:

Post a Comment