Sebelum beragama Islam, Steven Indra Wibowo adalah seorang Frather atau setingkat Pastur di kalangan gereja Katolik di Paroki Jakarta Utara. Ia mengaku telah membawa 126 orang Muslim berpindah agama ke Katolik.
“Tugas saya ketika itu memberikan konseling, memimpin misa, dan mengajar filsafat,” ujar pria kelahiran 1981 ini.
Hidayah Allah Subhanahu Wata’ala menghampiri Steven pada tahun 2000. Dua kalimat syahadat diikrarkannya di sebuah pesantren di Serang, Banten. Ia memutuskan masuk Islam setelah sekian lama mempelajari agama Tauhid ini.
“Saya selalu memiliki rasa ingin tahu tentang apa itu Islam, apa yang dilakukan oleh orang Islam, dan mengapa Islam bisa cepat berkembang di dunia ini,” akunya.
Kepindahan Steven ke Islam membuat ayahnya, seorang petinggi Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), marah besar. Sang ayah pun memukulnya, sampai jidat Steven terbentur kaca. Hingga kini masih ada bekas luka sobek di jidatnya.
“(Lalu) ayah mengusir saya. Bahkan, saya pun harus menandatangani pelepasan hak waris orangtua saya di hadapan notaris,” tuturnya.
Setelah mantap berislam, ia pun berkeinginan kuat “membalas” pemurtadan orang Islam yang pernah ia lakukan. Pada tahun 2003, bersama dua orang kawannya, ia mendirikan Mualaf Center Indonesia (MCI) sebagai lembaga tempat berkumpul dan membina mualaf.
Pada awalnya, MCI bergerak di dunia maya. Akhirnya kini semakin rutin bertemu dalam berbagai kegiatan. Selain membantu orang yang mau masuk Islam, MCI juga berupaya mendampingi mualaf mempelajari Islam.
Menurut Steven, masih begitu minim dukungan lembaga-lembaga Islam terhadap mualaf. Kalau pun ada sebatas komitmen. Sementara MCI, menurutnya, hingga kini belum berjalan efektif.
“Masih banyak mualaf di luar sana yang belum terbina. Dukungan umat Islam masih belum optimal. Umat Islam banyak berkutat pada persoalan Timur Tengah, politik, dan isu lokal. Sementara, selagi di bumi Allah Subhanahu Wata’ala ini masih banyak orang memeluk Islam, maka pekerjaan membina mualaf ini akan terus ada,” ujarnya.
“Saya sendiri masih butuh banyak teman untuk mendampingi mualaf ini. Jika ingin menjadi sahabat mualaf, silakan lihat di mualafcenter.com. Hanya dengan mengirimkan email ke sahabat@mualafcenter.com tentang profil atau jatidiri, serta kota tempat tinggal Anda. Selanjutnya saya akan melakukan wawancara singkat. Ini untuk mengantisipasi masuknya Syiah, Ahmadiyah, dan aliran sesat lainnya,” lanjut ayah dari putri semata wayangnya, Ana Humaira Wibowo ini. Demikian dilansir Hidayatullah.com.
[Kisah seru dan lengkap Steven insya Allah akan dimuat pada rubrik Figur majalah Suara Hidayatullah edisi Desember 2014 mendatang]
sumber : http://ift.tt/1xkN7yb
No comments:
Post a Comment