Jilbab, Bank Syariah, Peci dilarang. Umat meradang. Lalu lupa, bahwa China Tiongkok akan datang menjadi penguasa tunggal ekonomi dengan modal segudang.
BBM dipersulit. Rakyat makin pailit. Semua lupa, bahwa ada pesta pora di tingkat elit. Ahok jadi Gubernur DKI, umat Islam di Jakarta tak bisa berkelit. Umat Islam Indonesia harus menerima kenyataan pahit. Jokowi jadi Presiden boneka yang dikenal pelit.
LGBT-Syi'ah-Ahmadiyah senang. Lihat umat Islam yang rajin ke masjid, berjanggut, disebut teroris terlarang. ISIS yang hanya siluman dikejar senjata dan parang. Aliran sesat berbau Islam bebas bergerak terang benderang. Tak ada yang bisa menghadang. Mereka duduk tenang sambil berdendang (ala Rhoma), "150 juta umat Islam Indonesia, tapi otaknya otak udang. Umat Islam di politik, bakal terus dihadang."
Tukang mabuk makin sibuk. Tukang zina semakin gemuk. Ahli maksiat satu sama lain berembuk. Sepakat, orang-orang yang cinta kebaikan di Indonesia harus ditimpuk. Kalau bisa, buatlah isu agar umat Islam jadi sasaran empuk. Ahli maksiat bahagia, ada perwakilan yang duduk di kursi empuk.
Umat Islamnya justru digiring golongan putih. Menyebut demokrasi itu setan yang ringkih. Tidak apa-apa segala urusan umat dikuasai Noni-LGBT-Syi'ah-Ahmadiyah dan penjahat kerah putih. Toch katanya Indonesia itu milik Allah yang Mahakasih. Milik Allah, tapi diajarkan hidup penuh pamrih.
(Nandang Burhanudin)
sumber : http://ift.tt/1q2SVg5
No comments:
Post a Comment