Sunday, August 31, 2014

Duh! Gubernur Riau Dilaporkan ke Polisi



Setelah menahan diri cukup lama karena dilecehkan oleh Gubernur Riau, Wide Wirawaty (38), putri dari tokoh pendidikan Riau dan mantan anggota DPD RI Soemardi Thaher, melaporkan Gubernur Riau Annas Maamun ke Badan Reserse Kriminal Polri. Berdasarkan Tanda Bukti Lapor, Wide Wirawaty melapor ke Bareskrim Polri pada 27 Agustus 2014 dengan laporan polisi Nomor LP/797/VIII/2014/Bareskrim dengan terlapor Gubernur Riau Annas Maamun.Wide mengaku dicabuli gubernur berusia 74 tahun ini di rumah pribadinya.



Soemardi menjelaskan, selama ini putrinya yang kini berusia 38 tahun memiliki kegiatan di Pemprov Riau. Antara lain sebagai tutor kepala pada pelatihan Bahasa Inggris untuk eselon II dan III di bawah lembaga pendidikan 'Wide School' yang dimiliki putrinya.



Setelah beberapa bulan Annas Maamun menjabat gubernur, Wide menghadap ke Annas untuk membawa proposal kegiatan pelatihan dan seminar. Soemardi menjelaskan, respons Annas sangat positif untuk mendukung kegiatan itu, bahkan menjanjikan akan mengangkat Wide sebagai staf khusus gubernur.



Kronologi dalam surat pernyataannya yang turut dilampirkan dalam laporan ke polisi tertanggal 27 Agustus 2014 itu, Wide Wirawaty mengungkapkan kejadian nahas itu terjadi pada hari Jumat tanggal 30 Mei 2014. Wide menghadap gubernur menjelang salat Jumat untuk mengurus kepastian administrasi seminar yang disetujui oleh gubernur.



Namun karena waktu yang mepet, urusan tersebut tidak selesai dan Annas meminta korban datang ke rumah pribadinya di Jalan Belimbing, Pekanbaru. Korban mengaku tidak ada perasaan lain sedikit pun karena merasa Annas adalah seorang gubernur yang memegang amanah. Saat tiba di rumah tersebut, korban diterima oleh seorang laki-laki yang merupakan pembantu rumah tangga Annas Maamun.



Annas dan Wide berbicara di ruang tamu untuk memperlihatkan surat-surat yang belum sempat diteken gubernur pada pertemuan sebelumnya. Korban mengambil pena untuk menandatangani dokumen tersebut di mobil. Saat kembali ke dalam rumah, pembantu Annas mengarahkannya untuk naik ke lantai atas.



Dalam pertemuan itu, Annas mengeluarkan uang Rp 10 juta dari kaus kakinya yang katanya untuk keperluan acara yang sedang digagas Wide. Usai menerima uang, Wide pamit pada Annas. Saat korban hendak pamit, Annas mendekatinya sembari mengatakan ada rumah kosong di belakang rumahnya.



Korban yang penasaran dengan maksud sang gubernur kemudian diajak oleh Annas ke sebuah kamar yang berada di atas tangga sebelah kiri ruangan. Korban mengaku tidak ada perasaan apa pun karena mengira Annas akan menjelaskan masalah kamar kosong itu.



Namun, setelah keduanya di dalam kamar, Annas langsung membuka resleting celananya. Korban mengaku terkejut namun tangan kanannya langsung ditarik oleh Annas dengan paksa dan diarahkan untuk memegang alat kelamin gubernur.



Karena korban marasa tidak nyaman dan takut akan dipaksa untuk melakukan hal yang tidak senonoh, Wide mengalihkan Annas dengan mengatakan ada orang yang naik ke lantai atas. Ketika Annas ke luar kamar untuk memeriksanya, korban langsung mencuci tangganya di wastafel di wc kamar tersebut dan langsung ke luar kamar dan masih sempat berpapasan dengan Annas.



Annas kemudian meninggalkan Wide dengan muka masam dan hanya menjawab dengan ketus ketika Wide mohon pamit. Wide dalam surat pernyataan tersebut mengatakan perasaan ternoda terus menghantuinya karena tidak menyangka seorang gubernur tega melakukan pelecehan seksual. (fs)











sumber : http://ift.tt/W0nCGF

No comments:

Post a Comment