Sunday, August 31, 2014

Presiden Tabir Kepalsuan




Sudah lama diperkirakan, mengapa Prabowo dan koalisi Merah Putih ditolak mentah-mentah. Di antara penyebabnya, program-program Prabowo yang cenderung menggelorakan swasembada pangan, kemandirian ekonomi, dan industri alutsista utama Indonesia.



Saya teringat kasus kudeta terhadap Presiden Mursi dan AS-Barat lebih merestui junta kudeta, As-Sisi menjadi Presiden. AS-Barat jelas tidak berpihak pada demokrasi, jika demokrasi melahirkan kepemimpinan yang mandiri dan diprediksi mampu membangun superioritas bangsa. Mungkin di awal tidak akan mampu menjadi pesaing hegemoni AS-Barat. Tapi minimal, agak susah dikendalikan dan memiliki kecenderungan untuk perbaling ke lain hati. AS-Barat trauma dengan Erdogan di Turki. Demokrasi yang dibiarkan larut dimenangkan tokoh-tokoh kritis, mendorong AS-Barat krisis. Ya, terutma saat Turki sudah mulai memproduksi senjata canggih bekerjasama dengan Jepang-Korea-China-Russia-Brasil.



Maka kasus Jokowi yang mulus menjadi Presiden Indonesia, adalah contoh lain dari keengganan AS-Barat membiarkan Indonesia bangkit. Mengingat Indonesia memiliki SDM yang mumpuni hasil program Prof. BJ. Habiebie. Pun, Indonesia memiliki SDA melimpah yang dapat memproduksi senjata dan energi apapun, tanpa menergantungkan diri kepada bangsa lain. Maka munculnya Prabowo ke pentas Nasional, harus dihambat. Bukan karena alasan ideologis. Mengingat Prabowo adalah orang sekuler, sama-sama mengenyam pendidikan AS, pun tershibghoh dengan doktrin militer yang tentu mengedepankan nasionalisme dan cinta tanah air.



Bagi AS-Barat, silahkan anda terapkan syariat Islam seketat mungkin. Asal tidak mengganggu kepentingan AS-Barat. Demikian yang terjadi di Saudi. AS-Barat pun tidak peduli dengan dasar negara. Silahkan dasar negara anda Islam, Hindu, Budha, Kristen, Komunis. Tapi dengan syarat, tidak mengganggu eksploitasi energi dan SDA di negara tersebut. Pun, AS-Barat tak peduli apakah negara anda demokrasi, monarkhi, ataukah diktator. Semua dengan syarat harus tunduk pada kepentingan global, tidak mandiri, dan menergantungkan diri kepada AS-Barat sepenuh jiwa.



Dengan terpilihnya Jokowi, AS-Barat minimal bisa kembali meng-obok-obok konstitusi Indonesia yang ramah dan tidak anti modal asing. Kita rasakan bersama, belum dilantik, masalah energi berupa BBM menjadi "permintaan pertama" AS-Barat dan para cukong, menagih kesetiaan Jokowi dan Timsesnya kepada sang pemilik restu dan modal. Jika As-Sisi di Mesir diharuskan menunjukkan kesetiaan dengan: Pembersihan militer dan polisi dari unsur Ikhwan, penghancuran Islam politik di Mesir, hingga loyalitas seutuhnya kepada induk semang AS, Israel. Maka Jokowi pun akan diminta hal yang sama: perusahaan energi asing harus bisa untuk berjualan, mengelola isu terorisme dengan ISIS sebagai artis utama, pemakzulan seluruh kekuatan Islam politik dengan jerat-jerat kasus korupsi dengan pengadilan KPK yang beringas (contoh kasus LHI= terindikasi korupsi 1 milyar, dipenjara 16 tahun tapi tidak berlaku untuk yang lainnya).



Saat bangsa Indonesia sibuk antri di SPBU, sibuk membicarakan ISIS, energi tersedut mengupas kebijakan-kebijakan Jokowi yang aneh dan nyeleneh, AS-Barat dengan tenang dan santai menggenjot eksploitasi SDA Indonesia. Perusahaan minyak asing bisa meraup untung berlebih. Perusahaan makanan-minuman (sembako) sibuk mengimpor seluruh kebutuhan. Lima tahun kemudian, kita akan mendapati hutang Indonesia melebihi 3000 triliyun. Sayangnya kita susah untuk sadar, karena nanti akan dininabobokan dengan dangdut koplo di seluruh nusantara, hiburan filem porno, plus tentunya ada sedikit yang berbau Islam, klenik dan perdukunan yang sebenarnya bukan dari Islam.



Mari persiapkan diri untuk pergi berhijrah. Karena di Indonesia, tak akan lagi ada yang peduli. Presidennya saja sudah tegas mengatakan, "Aku raisoopopo, ya rapopo. Ai dont ting about det."



(Nanadang Burhanudin)












sumber : http://ift.tt/1r0SRh0

No comments:

Post a Comment