Para wakil rakyat yang baru terpilih dalam Pileg 2014 sedang memulai hari-hari pertamanya menjadi wakil rakyat (terkecuali incumbent yang kembali terpilih). Ribuan pasang mata rakyat berharap-harap mendapat janji manis yang disampaikan saat kampanye.
Barangkali tidak ada profesi yang paling berbau ‘amanat’ melebihi profesi wakil rakyat. Hanya dua kemungkinan saat menjalaninya yaitu khianat atau amanat.
Disadari atau tidak bagi seorang mukmin yang memang sudah berikrar mau menjadi wakil rakyat amanat ini melekat kuat saat terpilih. Karena dirinya seolah representasi dari keinginan dan harapan rakyat maka wajar jika sorotan kepada mereka demikian kuat.
Di lain sisi, tantangan menjadi anggota dewan ternyata tidak mudah ditaklukkan, bahkan untuk seorang yang sangat idealis sekalipun seperti aleg PKS. Berikut ini 7 ancaman yang menanti mereka yang idealis (yang rusak tidak kami bahas) di kursi empuk wakil rakyat:
1. Bengkoknya Niat
Ada beberapa alasan yang bisa melegitimasi bengkoknya niat tulus anggota dewan al:
a) Tantangan kepentingan individu dan kelompok yang kuat.
b) Terbukanya pintu mendapatkan proyek dan komisi atas proyek.
c) Sulitnya mewujudkan program dan ide karena arus berhadapan dengan program dan ide anggota lain.
d) Banyaknya ‘tikus’ penggoda yang menawarkan aneka kenikmatan fasilitas anggotadewan.
2. Larut dalam Kebiasaan Busuk
Banyak yang menduga pembusukan lembaga perwakilan rakyat karena murni anggota DPR itu sendiri. Namun sesungguhnya ada yang lebih busuk dari mereka yaitu PNS yang bertugas menjalankan opersional anggota dewan. Mereka inilah calo-calo kebusukan yang menjadi mentor anggota dewan yang baru bergabung.
Anggota dewan yang baru bergabung pada akhirnya menyerah dan ikut arus busuk kebiasaan lama seperti mengambil uang rapat walau tidak hadir rapat, memakai fasilitas anggota dewan untuk kepentingan pribadi (kendaraan,mess,biaya kunjungan dst).
3. Hilangnya sifat Waraa
Seseorang yang wara’ (menjaga diri dari yang syubhat apalagi yang haram) akan luntur sikapnya saat menjadi anggota dewan. Hal ini banyak disebabkan karena anggota dewan yang berlindung kepada undang-undang yang dibuatnya sendiri.
Beredarnya amplop berisi uang yang tidak jelas asalnya sangat lumrah terjadi di tubuh lembaga perwakilan rakyat ini.
Sehingga anggota dewan yang tadinya sangat menjauhi hal-hal yang syubhat bisa tergelincir dan terbiasa menerima sesuatu yang ukuran halalnya adalah kesepakatan bersama mereka.
4. Menjauh dari Rakyat
Kesibukan rapat, kunjungan kerja dan hearing dst, yang notabene ada ‘uangnya’ akan menggoda DPR untuk mengutamakan kegiatan tersebut ketimbang ‘blusukan’ untuk mendengar langsung keluhan masyarakat.
Mereka kembali mendekat kelak menjelang pemilu yang tujuannya adalah membeli suara rakyat, bukan lagi pendidikan politik dan gerakan penyadaran. Akhirnya masyarakat terbiasa dengan politik transaksional semacam ini.
5. Hilangnya Sensitifitas
Sensitifitas hanya muncul pada orang yang mampu mengendalikan dunia. Bagi para pecundang, sering membuat berbagi alasan untuk melegitimasi tindakannya. Saat belum menjadi anggota dewan begitu sederhana hidupnya, namun setelah menjadi anggota dewan secara terang-terangan mulai membangun kemakmuran pribadinya dengan membeli rumah, kendaraan, dan aset-aset lainnya.
6. Menjauh dari Nasihat
Sebutan anggota dewan yang terhormat sesungguhnya racun mematikan. Sebutan tersebut telah menempatkan individu yang lemah menjadi individu yang tertipu oleh bayangan kebesaran dirinya yang palsu.
Kondisi inilah yang sering menjadi penghambat anggota dewan mau menerima masukan atau nasihat. Terlebih banyak nasihat yang disampaikan dengan tidak santun membuta mereka kian jauh dari nasihat.
7. Meremehkan Kesehatan
Seringkali kegiatan anggota dewan adalah perpindahan dari satu jamuan ke jamuan lain. Makanan yang serba wah dan ‘enak’ semua masuk ke dalam tubuh mereka. Adapun kebiasaan duduk berlama-lam jugamembuat aktivitas olah raga mereka menurun. Akibatnya? Beraneka ragam penyakit mengintai mereka.
Tak sedikit anggota dewan yang di ‘PAW’ bukan oleh partainya. Tetapi oleh penyakit berat yang dideritanya.
Nah, jika ancaman sedemikian berat di depan mata. Maka yang terbaik adalah memepersiapkan bekal terbaik untuk menghadapinya. Dan sebaik-baik bekal adalah TAKWA. Jadi nonsens jika ada anggota dwwan yang dapat sukses sementara ia tidak memahami TAKWA yang sebenar-benarnya.
Wallahua’lam
Oleh: Abu Ihsan
sumber : http://ift.tt/1vttswX
No comments:
Post a Comment