Pengamat Israel, Ravi Ylwian yang juga anggota tetap komite kordinasi Herzliya conference (konferensi rutin perencanaa pengembangan negara Israel raya), mengungkapkan rencana pembentukan negara Israel raya yang sejak lama digulirkan pemerintah Israel, terutama sejak perang 2005 antara zionis yahudi dan Hamas, disaat itu perdana menteri Israel, Ariel Sharon secara mengejutkan menarik pasukannya dari Gaza, karena dikhawatirkan kerugian dipihak Israel akan bertambah besar jika perang diteruskan.
Dalam waktu yang bersamaan petinggi Israel yang tergabung dalam komite konferensi Herzliya merumuskan cara paling efektif untuk mengalahkan Hamas dan merebut jalur Gaza.
Dalam beberapa pertemuan komite Herzliya menyiapkan langkah-langkah strategis untuk memberangus Hamas secepat mungkin, salah satunya dengan menggulirkan proyek yang mereka sebut pembangunan 'daerah terlarang'.
Daerah yang tidak berpenghuni, dengan tujuan agar Gaza benar-benar terisolir dari daerah sekitar, diharapkan Hamas kesulitan untuk menyelundupkan senjata ke Gaza, terutama penyelundupan melewati Rafah Mesir.
Menurut Ylwian, untuk mendirikan negara israel raya, menghancurkan kekuatan Hamas merupakan hal mutlak yang harus dilakukan, dalam agenda politik dan militer israel, Hamas merupakan sandungan terbesar saat ini, yang merupakan anak ideologis Ikhwanul muslimin, organisasi 'teroris' di Mesir.
Dalam menciptakan 'daerah terlarang' untuk mengisolasi Hamas seperti yang tadi dijelaskan, Israel merumuskan beberapa langkah strategis, langkah pertama, membangun 'daerah terlarang' di perbatasan Mesir dan Rafah. Membangun satu kawasan yang dimulai dari garis perbatasan sepanjang 200-300m menuju Rafah, yang mereka sebut dengan kill zone.
Israel akan menyiapkan tentara elite (Mesir) untuk menjaga kawasan trsebut, bagi yang melewati tanpa izin akan ditembak ditempat, dan dalam perencanaannya juga Israel menyiapkan peralatan canggih pendeteksi pada malam hari, bahkan Israel menyiapkan alat pendeteksi suhu panas dan gerak tubuh untuk menghindari penyusup.
Setelah langkah pertama berhasil, langkah selanjutnya Israel akan men-sterilkan kawasan tersebut mulai dari garis perbatasan menuju arah Rafah sepanjang 3-5 km, dan merelokasi pemukiman penduduk Sinai yang masuk dalam kawasan tersebut, selanjutnya menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan militer yang terlarang untuk rakyat biasa, dengan penjagaan ketat dari tentara elite Mesir yang mereka bayar dengan harga tinggi. Israel juga mensyaratkan tentara yang menjaga 'daerah terlarang' tersebut tentara yang memiliki loyalitas tinggi terhadap Husni Mubarak (presiden Mesir saat itu).
Disamping itu, Israel juga menggulirkan proyek penggalian terowongan disepanjang perbatasan Rafah-Gaza yang diprediksi panjangnya mencapai 14km, dan kemudian terowongan sedalam 25-15m dan lebar 5-10m tersebut dialiri air dari laut Mediterania atau laut tengah. Diharapkan terowongan tersebut menghancurkan terowongan yang sudah digali Hamas sekaligus menghambat penyelundupan senjata dari Mesir.
Namun apa hendak dikata, presiden mesir waktu itu Husni Mubarak menolak proyek haram tersebut, Mubarak khawatir relokasi atau lebih tepatnya pengusiran warga Sinai dari kampung halaman mereka akan menimbulkan gejolak dalam negeri yang nantinya berujung revolusi, walaupun enam tahun setelah itu revolusi tetap terjadi (Arab Spring).
Padahal Israel telah menyiapkan dana yang cukup besar untuk mendanai, bahkan kabarnya israel selain siap membiayai semua akomodasi juga akan memberikan bonus besar kepada Mubarak jika setuju, tetapi Mubarak tidak bergeming dengan penolakannya.
Beda kepala beda pikiran, Mubarak menolak walaupun Israel siap mendanai, beda lagi dengan As-sisi, dia malah menggulirkan proyek tersebut dengan sendirinya, tanpa bantuan dana dari Israel. Alasan As-sisi menggulirkan proyek tersebut karena kebenciannya yang begitu dalam terhadap Ikhwanul Muslimin dan Hamas. As-sisi berkeyakinan Hamas dan Ikhwanul Muslimin harus dihabisi. Hamas merupakan musuh terbesar pemerintah kudeta di kawasan dan Ikhwanul Muslimin didalam negeri.
Jadilah saat ini As-sisi melaksanakan proyek zionis tanpa zionis perlu mengeluarkan dana. Zionis cukup duduk manis menunggu proyek mereka selesai, cukup budak mereka yang bertahta sebagai presiden Mesir saat ini bekerja mewujudkan mimpi Israel raya, terutama menghabisi kekuatan Hamas yang merupakan musuh bebuyutan zionis. Wajar jika As-sisi dianggap sebagai sahabat paling penting oleh zionis dikawasan.
(Hasmi Bakhtiar)
sumber : http://ift.tt/1zWEqkv
No comments:
Post a Comment