Masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai nelayan mencapai 37 juta jiwa. Jumlah ini menjadikan nelayan sebagai salah satu penyumbang devisa negara. Namun, 70% dari total nelayan di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan.
Menurut Wakil Ketua Komite Tetap Penangkapan Hasil Laut Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Siwaryudi Heru, kelangkaan subsidi BBM menjadi salah satu pengaruh belum sejahteranya nasib nelayan. Siswaryudi mengulas, sekitar 70% nelayan tidak pernah membeli BBM jenis solar sesuai dengan harga eceran yang ditetapkan Pemerintah. Dalam hal ini, Pemerintah belum membangun jaringan distribusi BBM secara terorganisir sehingga acapkali nelayan membeli solar dengan harga yang lebih mahal. Kebutuhan solar bagi nelayan jika dihitung mencapai 5.887.080 kiloliter. Tapi dari Pertamina hanya mendistribusi 1,7 hingga 2,1 juta kiloliter saja.
Belum lagi rencana presiden Jokowi untuk menaikan harga BBM akan menambah penderitaan nelayan.
Hal ini akan menyebabkan nelayan menggantungkan hidupnya dari pinjaman tengkulak atau rentenir untuk membeli BBM yang harganya tak mampu mereka jangkau lagi. Agar dapat melaut, akan semakin banyak nelayan hidup dari hutang ke hutang. Belum lagi harga jual ikan tangkapan yang sangat rendah di tangan para tengkulak.
Kebijakan ini hanya akan semakin membenarkan stigma bagi masyarakat pesisir yang miskin, bahkan akan semakin memiskinkan mereka. Dan masyarakat pesisir itu sebagian besar adalah nelayan. Kenaikan harga BBM juga akan memicu kenaikan harga bahan pokok, yang akan memicu sulitnya keluarga nelayan membeli kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Janji jokowi yang akan menyelesaikan persoalan dikeluhkan nelayan antara lain sulitnya izin melaut serta distribusi solar yang kadang-kadang tidak mencukupi, membangun SPBU khusus untuk para nelayan yang lokasi tidak terlalu jauh, sehingga tidak menyulitkan nelayan mencari solar. Lalu dimana realisasi janji Jokowi ketika kampanye?? Atau inikah langkah untuk mencapai visi “Poros Maritim Dunia”??.(RVD).
*sumber: maritimemagz.com
sumber : http://ift.tt/1rPOkdB
No comments:
Post a Comment