Oleh Abdullah Haidir, Lc
Menganggap bahwa taubat hanya layak dilakukan apabila telah yakin bahwa dirinya tidak akan kembali bermaksiat.
Menunda-nunda bertaubat karena khawatir dirinya akan mengulangi kemaksiatan yang sama.
Kian larut dalam maksiat tanpa keinginan mengurangi. Menganggap bahwa hal tersebut tak bermanfaat selama masih suka berdosa.
Jika kembali berbuat dosa dirinya menganggap telah mempermainkn taubat dan bersikap munafik.
Lebih mengedepankan motivasi duniawi ketimbang ikhlas semata krn Allah seraya berharap ridho dan ampunanNya.
Rancu dlm memahami antar "tekad" tak kembali bermaksiat dengan "jaminan" tidak kembali bermaksiat.
Tekad tidak kembali bermaksiat adalah syarat taubat. Tapi jaminan tdk kembali bermaksiat bukan syarat taubat.
Meninggalkan kewajiban-kewajiban agama dan menjauhi majelis orang-orang saleh dan majelis zikir dengan anggapan dirinya masih penuh kotoran maksiat.
Hanya suka membesar-besarkan dosanya, lupa dengan kemurahan dan ampunan Allah yg lebih besar.
Tidak bertaubat lagi jika ternyata mengulangi maksiat dengan anggapan taubat berikutnya tidak diterima.
Yang benar, jika bermaksiat lagi, taubat lagi... bermaksiat lagi, taubat lagi. Kalahkan setan oleh taubatmu sebelum dia mengalahkanmu dg ke-putus asa-an mu..
Sebelum nyawa sampai kerongkongan, atau matahari terbit dari barat, tidak ada yg menutup pintu taubat, selama ikhlas...
Mari kita bertaubat..... Astaghfirullahal aziim wa atuubu ilaih.....
sumber : http://ift.tt/1hvGstE
No comments:
Post a Comment