pkssumut.or.id, Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah mengatakan calon presiden Indonesia tidak boleh salah fakta tentang Indonesia. Hal ini dikatakan Fahri berkaitan dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang dinilainya telah nyasar dengan mencari Sapi ke Nusa Tenggara Timur bukan ke Nusa Tenggara Barat yang dikenal dengan "Bumi Sejuta Sapi".
"Soal Jokowi dan Sapi itu sama dengan orang mau makan nasi kapau eh malah pergi ke aceh. Ada sih nasi kapau di aceh sebab di sana ada orang padang, tapi nasi kapau ya di padang," tulis Fahri pada akun Twitternya @Fahrihamzah, Rabu (30/4).
Menurut Fahri kalau mau bisnis garmen ya ke Jawa barat bukan ke Jawa Tengah. Kalau mau bisnis kopi ya di Lampung sebab pusat kopi bukan di Jakarta meski banyak Cafe. Jokowi kan pengusaha kayu. Pasti dia tahu itu pusatnya di Kalimantan, jangan ke Bali karena hutannnya tidak ada.
"Calon Presiden Republik Indonesia, negeri yang luasnya bagai benua gak boleh baca peta daerah. Gak boleh salah baca fakta tentang Indonesia," lanjutnya.
Fahri menjelaskan bahwa dirinya memahami soal keadaan industri peternakan di timur karena merupakan kampung halamannya.
"Selain sapi, khususnya di Sumbawa ada kerbau. Ternak yang semakin langka. Orang kota mungkin gak tau beda kerbau sama sapi. Saya bahkan paham perilaku dan beda tekstur dagingnya. Nah Sumbawa adalah pulau yang populasi kerbaunya masih terhitung padat di dunia," katanya.
Diakui Fahri masalah Kerbau ini memang agak unik karena mereka tergantung kepada sistem LAR, sebuah konsep Lokal. LAR adalah semacam kubang, tapi juga komunitas karena pagi-pagi mereka mencari makan. Kerbau lebih tergantung kepada air daripada Sapi. Kerbau lebih lamban dari Sapi dan Kerbau dagingnya lebih banyak.
"Tapi sapi lebih produktif sebagai bisnis, reproduksinya cepat. Kerbau lamban makanya lebih mahal," ungkap Fahri.
Menurut pria yang masih menjabat sebagai anggota DPR RI Komisi III ini, rakyat memang lebih suka pelihara Sapi karena alasan produktifitas tapi Sapi lebih sensitif terhadap penyakit.
"Sejak zaman Pak Anton Apriantono, NTB mendeklarasikan BSS (Bumi sejuta Sapi). Ini adalah bagian dari program pemerintahan SBY untuk swasembada daging," paparnya.
Kemudian program swasembada itu diteruskan oleh Menteri Pertanian Suswono sampai sekarang.
"Kita tidak perlu membela, lebih baik melihat statistik pemerintah bagaimana program swasembada ini," pungkasnya. (rms)
sumber : http://ift.tt/Sde5uH
No comments:
Post a Comment