Friday, March 28, 2014

Beruntungnya Partai Korup di Negeri Ironisia




Kita sepatutnya mengapresiasi kerja tim Indonesia Corruption Watch (ICW) yang menyajikan data informasi korupsi di website resminya: http://antikorupsi.org/ sehingga berbagai elemen masyarakat bisa mengambil data korupsi dengan mudah, lalu membuat resume. Inilah keterbukaan informasi, sehingga semua orang bisa membuat data dan grafik sendiri “base on” himpunan berita yang ada.



Ada hal menarik, ketika ada bagian dari elemen masyarakat merilis tabel dan grafik partai korup melalui akun twitter @KPKwatch_RI, dengan dasar utama yang dipakai dalam penyusunannya adalah situs ICW. Tabel dan grafik tersebut adalah sebagai berikut:












Partai Korupsi Update Maret 2014



dan Tabel Besar Kerugian Negara:










Kemudian, Indeks Partai Korupsi berdasarkan hasil Pemilu 2009:












Partai Korupsi Update Maret 2014





Tabel dan grafik di atas juga diikuti dengan detail nama-nama politisi pada masing-masing partai. Setelah rilis tersebut tersebar luas, ternyata mendapat bantahan dari ICW melalui akun twitter @sahabatICW yang menyatakan bahwa rilis tersebut bersifat HOAX [Twit 1] dan [Twit 2].



Tidak dijelaskan, hoax-nya di bagian mananya. Namun, menurut penilaian saya, pencantuman logo ICW pada tabel dan grafik yang dibikin @KPKwatch_RI adalah tidak pada tempatnya, kecuali sebelumnya mereka berkolaborasi dalam penyusunan dan ada kesepakatan bersama. Tim @KPKwatch_RI telah menyampaikan alasan bahwa pencantuman logo ICW adalah bentuk apresiasinya atas keterbukaan informasi yang dilakukan ICW terhadap websitenya [Twit 3]. Mereka menganggap bahwa hal tersebut adalah bagian dari prinsip / etika jurnalisme secara umum, yaitu jika mengambil bahan / data harap mencantumkan sumbernya. [Twit 4]. Itu betul, mereka telah menampilkan sumbernya, namun tidak tepat untuk pemakaian logo organisasi, ada aturan bakunya sehingga tidak sembarangan ditempatkan dalam bagian publikasi. Semoga ini menjadi masukan bagi tim @KPKwatch_RI yang telah mempunyai niat baik mencerdaskan masyarakat melalui budaya: Speak with data / fact .



Namun demikian, saya tetap mengapresiasi setinggi-tingginya atas kerja keras tim @KPKwatch_RI yang membuat publikasi tersebut. Resume yang mereka himpun menurut saya BUKAN HOAX, karena sumbernya jelas, nama-nama koruptornya mudah ditelusuri [lihat daftarnya di Halaman 2 jurnal ini].



Saya coba rangkum dari chirpstory, tentang bagaimana tim @KPKwatch_RI melakukan proses pengambilan data dari website resmi ICW antikorupsi.org untuk mendapatkan tabel partai-partai korup. Urutan prosesnya sebagai berikut:



1. Buka website ICW antikorupsi.org, di situ ada “Search” dan “Dokumen”.

2. Kemudian Download data ICW yang ada di menu “Dokumen”.

3. Ada menu “Search” yang bisa kita isi dengan 2 suku kata, maka siapkan kata pencarian 2 suku kata tersebut untuk mencari kasus korupsi pada periode tersebut. Contoh: kita search dengan kata “Bupati Korupsi”, maka akan didapat puluhan berita bupati korupsi. Coba search dengan kata “Korupsi APBD” akan muncul puluhan link berita korupsi.

4. Kemudian catat Nama, Jabatan, Kerugian negara, Kasus, Partai, Status yang ada di link hasil pencarian tersebut.

5. Kemudian pisahkan berdasarkan partai, sehingga jelas hasilnya, seperti grafik dan tabel di sini.

6. Ricek kembali nama-nama tersebut di website berita online lain untuk keakuratan data.

7. Dari ribuan berita kasus korupsi, di dapatkan 300an nama kader parpol tersangkut. Setelah dipisahkan didapatkan hasilnya seperti ini.

8. Selanjutnya dikembangkan dalam bentuk tabel atau grafik.

9. Kelemahan, ada sekitar 1-2% data yang mungkin tidak masuk, atau seharusnya tidak masuk.

10. Sangat mungkin ada nama misal: A mendapat vonis/status tersangka. Dalam prosesnya dibebaskan hakim, namun tidak diberitakan media. Jika terjadi hal demikian, mereka segera melakukan klarifikasi pemulihan. Untuk itu ditunggu masukan dari publik follower @KPKwatch_RI.



Kita perlu mengacungkan jempol atas kerja keras tim @KPKwatch_RI yang berani me-resume data dan merilisnya. Itu bukanlah hal yang mudah, perlu ketelitian karena harus bisa dipertanggung-jawabkan. Kabarnya, tim @KPKwatch_RI juga akan meneliti website http://infokorupsi.com/ untuk membuat ranking serupa sebagai pembanding. Mari kita tunggu rilisnya.



[Update 12 Maret 2014: Tim KPK Watch RI sudah merilis update grafik tersebut lebih lengkap berdasarkan hasil resume-nya pada polri.go.id, mahkamahagung.go.id, infokorupsi.go.id, kpk.go.id, korupedia.org, kejaksaan.go.id]



Jika kemudian ICW mengeluarkan rilis partai korupsi periode 2002-2014, mungkin hasil persentase tidak berbeda jauh dengan yang dimiliki tim @KPKwatch_RI. Mengingat pada tahun lalu, ICW telah merilis kondisi partai korup pada periode tahun 2013, dengan hasil sebagai berikut:






Itulah fakta tentang partai juara korupsi, sepertinya beda jauh dengan anggapan masyarakat selama ini (terutama yang rendah tingkat pendidikannya atau tidak melek internet) tentang partai korup akibat keracunan persepsi media.



Pemilu sebentar lagi, namun sampai sekarang ICW belum merilis data resume secara lengkap seperti yang dilakukan tim @KPKwatch_RI. Apakah ICW belum bisa menerima fakta bahwa partai paling korup ternyata bukan partai yang selama ini mereka persepsikan buruk, yang mereka kritik habis-habisan, tidak peduli benar atau salah sumbernya.



Ingat, dulu ICW pernah membabi buta menyerang, mendiskreditkan, dan mewacanakan pembubaran partai yang mereka persepsikan paling korup. [sila baca di sini]. Tampak ngawur sekali, tidak paham UU parpol, berwacana dengan tidak merasa perlu data dan sumber. Justru partai yang diserangnya itu faktanya malah paling buncit index korupsinya.



Oleh karena itu, mari kita dorong ICW atau KPK membuat rilis partai korup untuk masa depan RI yang lebih baik. Mari jadikan ini perhatian kita bersama agar korupsi bisa hilang dengan sebenarnya, dengan berhati-hati pada partai korup. ICW sudah ditantang tim @KPKwatch_RI untuk mengeluarkan resume data partai korup menjelang pemilu ini. Berani tidak?!



Sebelum terlalu dini bilang Hoax, mestinya ICW berterimakasih karena sudah dibantu menyusun dan me-resume data partai korup, tinggal lihat satu per satu data dari tim @KPKwatch_RI. Silakan check saja, cocokkan nama-namanya. Yang keliru diluruskan dengan baik. Jangan melihat siapa yang bicara, validasi saja datanya, tinggal googling, informasinya umum. Gampang, bukan?!



Kita semua pun juga bisa mem-validasinya sendiri, tidak harus menunggu rilis ICW. Kita mempunyai tanggung jawab moral untuk menyampaikan data yang sebenarnya tentang korupsi di negeri ini, untuk diberantas bersama-sama, tanpa pandang bulu dan tebang pilih. Sudah saatnya masyarakat luas dicerdaskan dengan data dan fakta, bukan dijebak dengan opini atau persepsi media. Tanpa penyajian data dan fakta, semua pihak akan dengan bebas melakukan penyesatan opini.



Beruntungnya Partai-Partai Juara Korupsi



Media-media corong parpol jawara korupsi sudah sering terlihat berusaha menyesatkan opini, mengeliminasi isu korupsi agar tidak terkesan berimbas pada partainya. Saat kasus korupsi terungkap, sebisa mungkin untuk tidak terlalu vulgar menyebut nama partainya. NAMUN kalau yang korupsi adalah berasal dari parpol lawan politiknya, meski masih berstatus terduga sekalipun, akan di-blow up habis-habisan oleh jaringan media partisannya, dibicarakan terus sepanjang tahun. Seakan-akan partai itulah yang paling korup, kalau perlu kehidupan rumah tangga kader-kadernya ditelanjangi, hingga mengakar buruk dalam persepsi masyarakat. Fokus di masyarakat saat ini sudah tergambar seperti ini:












Sumber gambar: FP FB Ironisia



Let’s speak with data / facts, sebab kinerja hanya bisa dinilai dengan data-data, sedangkan citra bisa dibentuk atau dihancurkan oleh opini.



Sekarang Anda sudah tahu faktanya.



Tahun 2014, Jangan Golput ya. Golput alias Golongan Putus asa sudah terbukti tidak merubah keadaan.

Bicara tentang perubahan, ada pencerahan dari Pak Ganjar Widhiyoga (kandidat doktor ilmu hubungan internasional) yang menarik untuk disimak: Apalah arti sebuah golput?





Salam hangat tetap semangat,



Iwan Yuliyanto







*sumber: http://ift.tt/1o9CZJq










sumber : http://ift.tt/1jFnfw2

No comments:

Post a Comment