by @zahraabdillah
Ini malam ke sekian kalinya kau pulang larut malam. Ke sekian kalinya kau lelah di atas sofa ruang tamu kita. Ke sekian kalinya pintu belakang terbuka pelan, menyeret motor gagahmu dengan pijakan kokoh dan lampunya bersinar terang.
Ini malam ke sekian kalinya kau membuka rompi dan jas hujan, menggantungnya tepat di sebelah etalase, yang dalamnya berisi tumpukan kalender, stiker, spanduk, bendera, dan atribut-atribut PKS lainnya. Ini malam ke sekian kalinya kau duduk sendirian di meja makan, menyantap sisa lauk-pauk yang telah aku dan adik-adikku sisakan.
Ini malam ke sekian kalinya kau menyenderkan pundakmu di atas tembok putih ruang tengah. Lalu kau beranjak mengambil notebook dan menyalakannya. Aku tahu, kau tengah sibuk mengetik data-data hasil surveimu sepanjang siang ini.
Ini malam ke sekian kalinya aku juga terjaga saat kau tiba. Diam, menunggu, lantas berbisik lirih. Aku tahu perjuanganmu tak mudah. Beban di pundakmu bertambah. Di saat kau adalah seorang kepala keluarga, kau juga diberi kepercayaan untuk menjadi wakil rakyat. Disaat kau dituntut untuk mengayomi keluargamu, dan saat itu pula kau ditunjuk untuk menjadi salahsatu wadah aspirasi masyarakat setempat.
Aku tahu, Abi. Tak mudah, memang tak mudah. Tapi percayalah, kami disini mendukungmu. Mendukung dengan segala kekurangan kami, mendukung dengan segala keterbatasan kami.
Ini malam ke sekian kalinya aku termenung di balik pintu kamar, lantas segera berbaring layaknya tidur seperti biasa, saat kau membuka pintu kamar dan menyalakan lampunya.
***
Ini pagi ke sekian kalinya aku terbangun lebih awal. Menyaksikan punggungmu bersujud damai, dengan sarung dan koko yang terlihat sederhana. Mendengar suaramu melantunkan ayat-ayat suci-Nya. Melihat wajah teduhmu dibalik kelelahan semalam.
Ini pagi ke sekian kalinya, Abi. Pagi ke sekian kalinya kau membangunkan adik-adik dengan sabar. Menuntun mereka yang belum baligh untuk berwudhu, dan menggandengnya ke mushola depan rumah.
Ini pagi ke sekian kalinya kau tersenyum lepas, mengajak aku dan adik-adik untuk berkumpul di ruang tengah. Lantas berbincang sebentar, lalu kita wirid matsurat bersama.
Dan ini pagi ke sekian kalinya kau mengingatkan tentang tugas bergilir kita; kultum. Ah, bahkan adikku menangis saat mendapat tugas itu. Dan kau? Dengan santai membujuknya untuk berbicara sekata-dua kata. Lalu suasana menghangat, dan Ummi mengantarkan segelas cokelat hangat dan sepiring biskuit. Kita tertawa renyah, damai
Ini pagi ke sekian kalinya kau mengangkat HP mu. Berbincang sebentar, menanyakan kabar, dan terjebak dalam obrolan serius.
Ini ke sekian kalinya aku mendengar lirihanmu, istighfar menyebut nama-Nya. Yang kutahu, di balik obrolan tadi ada sesuatu yang mengecewakanmu. Ya, mungkin saja kawanmu tidak dapat hadir, atau ada kesalahan kecil yang akhirnya menjadi penghambat besar.
Ini ke sekian kalinya alis wajahmu mengkerut, bahkan ketika kau kembali membuka notebook dan mengetikkan sesuatu, entah apa. Lalu kau kembali meraih handphone, menghubungi dan kembali hanyut dalam percakapan. Membuat janji ingin bertemu, dimana, apa saja yang harus dibawa, ah .. Aku tahu kau lelah. Kantong matamu menjadi bukti bahwa akhir-akhir ini kau jarang sekali berinteraksi dengan tempat tidur. Jangankan tempat tidur, duduk sebentar dan mencuri waktu untuk melelapkan mata saja tidak bisa.
***
Ini baru yang kedua, aku ikut denganmu menjelajahi hutan, berjumpa dengan truk-truk besar dan muatan yang hebat.
Ini baru yang kedua, aku duduk di belakangmu, turut menikmati perjalanan panjang yang selama ini kau rasakan setiap hari. Ini baru yang kedua, dan jujur ini melelahkan.
Ini baru yang kedua, aku menjadi teman bicaramu sepanjang kiloan jarak terlewat. Aku mendengarmu berbicara tentang kakakku, aku, dan adik-adik di rumah. Aku mendengarmu tentang permohonan maaf atas segala kekurangan selama ini. Dan aku mendengarmu berterima kasih atas segala pengertian di balik prestasi.
Ah, Abi .. Bahkan kau tak tahu bahwa kami tak pernah marah atas apa yang kau persembahkan. Bahwa kami tak pernah lelah untuk bersyukur kepada-Nya dengan apa yang kami miliki. Bahwa kami lah yang seharusnya berterima kasih padamu atas segala kesabaran yang mewarnai perjuangan dakwah ini. Bahwa kami lah yang seharusnya meminta maaf atas apa yang selama ini kami lakukan, belum sebanding dengan perjuanganmu. Bahwa karenamu lah, sedikit demi sedikit kami paham dengan dunia dakwah yang sebenarnya. Mengerti apa itu ilmu ikhlas, sabar, dan bersyukur. Memahami bahwa masih ada orang-orang berhati bersih, dibalik mereka yang tertutup hatinya atas dunia.
Ini baru yang kedua, Abi. Ini baru yang kedua aku turut menemanimu dalam perjalanan yang tak mudah. Ini baru yang kedua, dan sepanjang perjalanan aku lebih banyak diam, berpikir, dan berbisik pelan. Apa kau mendengarku berlirih? Atau melenguh?
Aku tahu perjuanganmu tak mudah, Abi. Menjadi caleg disaat partai ini mengalami banyak guncangan. Aku tahu, tak sedikit mereka yang berperasaan sama denganku saat orangtuanya menjadi calon legislatif. Dari partai yang paling banyak diuji.
Ah, tetapi dan bahkan aku lebih senang kau lahir dari rahim partai sederhana ini. Mengapa? Karena darinya lah aku paham arti cinta, dakwah, kerja nyata, pengorbanan, yang berkumpul dalam satu ruang kebaikan. Meski umurku belum mencapai batas memilih, semua orang dan teman-temanku pun tahu bahwa aku akan terus bergerak menjadi bagian dakwah ini.
Abi, aku tahu kau sanggup menjalankan semua amanah ini. Aku percaya kau pantas mendapatkan kepercayaan ini.
Dan tentang lelah akhir-akhir ini, tentang hubunganmu dengan kasur yang tampak menjauh, percayalah. Percayalah bahwa tak ada kejadian tanpa hikmah. Dan tak ada keberhasilan tanpa pengorbanan. Kau telah mengorbankan waktu tidurmu, waktu bercengkerama dengan kami di rumah, waktu mengurus klinik yang kau rintis, dan percayalah. Allah Maha Tahu, dan Maha Segalanya. Dia pasti menolong pejuangNya.... kemenangan itu dekat. Dan aku berdo'a, semoga engkau, aku, dan kita semua menjadi salahsatu hamba-Nya yang beruntung.
Bersabarlah dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS 16:127-128)
Bogor, 23 Maret 2014
@zahraabdillah_ on twitter
sumber : http://ift.tt/1f7WOHC
No comments:
Post a Comment