Sosok Pemuda itu masih berusia 20 tahun. Dia tegang. Perutnya mulas. Di belakang tukang sate, dia mengamati kawan-kawannya, yang menurutnya banyak lagak, tak mau pakai tutup kepala karena ingin seperti orang Barat. Dia harus menampakkan diri dalam rapat Jong Java itu, di Surabaya, Juni 1921. Tapi dia masih ragu. Dia berdebat dengan dirinya sendiri.
“Apakah engkau seorang pengekor atau pemimpin?”
“Aku seorang pemimpin.”
“Kalau begitu, buktikanlah,” batinnya lagi. “Majulah. Pakai pecimu. Tarik nafas yang dalam! Dan masuklah ke ruang rapat... Sekarang!”
Setiap orang ternganga melihatnya tanpa bicara. Mereka, kaum intelegensia, membenci pemakaian blangkon, sarung, dan peci karena dianggap cara berpakaian kaum lebih rendah. Dia pun memecah kesunyian dengan berbicara:
”…Kita memerlukan sebuah simbol dari kepribadian Indonesia. Peci yang memiliki sifat khas ini, mirip yang dipakai oleh para buruh bangsa Melayu, adalah asli milik rakyat kita. Menurutku, marilah kita tegakkan kepala kita dengan memakai peci ini sebagai lambang Indonesia Merdeka.”
Itulah awal mula Sukarno mempopulerkan pemakaian peci, seperti dituturkannya dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams.
Sukarno menyebut peci sebagai “ciri khas saya... simbol nasionalisme kami.”
Sejak itu, Sukarno hampir selalu mengenakan peci hitam saat tampil di depan publik. Seperti yang dia lakukan saat membacakan peldoinya “Indonesia Menggugat” di Pengadilan Landraad Bandung, 18 Agustus 1930. Dan peci kemudian menjadi simbol nasionalisme. (dikutip dari inilahduniakita)
***
Dan lihatlah sekarang, di pentas nasional Pemilihan Presiden Republik Indonesia 2014... lihatlah pemandangan yang sangat kontras... Prabowo dan Hatta dengan bangga memakai peci layaknya Soekarno yang dengan bangga menunjukkan identitas nasionalismenya.
Namun, dan baru kali ini terjadi... baru kali ini terjadi dalam PILPRES... ada Calon Presiden yang tidak memakai peci... entah dia punya maksud tertentu atau memang tak punya jiwa nasionalisme, atau dia tak mau menghargai identitas nasional, atau dia tak menghargai sejarah bangsa ini, entahlah...
Yang pasti Bung Karno pernah berpesan... JAS MERAH... Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah...
#SelamatkanIndonesia
sumber : http://ift.tt/1lJ2LNo
No comments:
Post a Comment