Tuesday, June 17, 2014

Ide Tol Laut Jokowi Dimentahkan Pakar Maritim Indonesia




Dalam debat Minggu malam, Calon Presiden Joko Widodo melontarkan ide untuk membangun tol laut. Ide ini sesungguhnya menunjukkan ketidakpahaman Joko Widodo tentang kondisi realitis Indonesia saat ini dan cenderung menggampangkan masalah yang ada, seperti semudah membalik telapak tangan.



Ide tol laut yang diungkapkan Jokowi adalah dengan mengadakan kapal-kapal besar yang berkeliling Indonesia untuk menyamakan harga barang di seluruh Indonesia. Satu contoh yang diungkapkan adalah harga semen di Jawa dan Papua yang sangat berbeda jauh, dimana harga di Jawa per sak Rp.50 ribu sementara di ‎Papua bisa mencapai Rp.1 juta.



Menanggapi hal tersebut, Direktur Indonesia Maritime Institute (IMI), Dr. Y. Paonganan yang juga pakar maritim Indonesia mengatakan bahwa Jokowi tidak paham konsepsi negara maritim.



Berikut penjelasan Direktur IMI via akun twitternya @ypaonganan :



- Harga semen di papua variatif, di pegunungan mahal krn diangkut pake pesawat, di daerah yg ada pelabuhan besar tdk mahal spt kata si joke.



- Harga semen di Jayapura, Biak, Sorong sktr 75-100 rb/sak, di Wamen, Paniai, Pegunungan Bintang sktr 500-750rb/sak krn diangkut pake pesawat.



- Nah ini..:) @yeni0182: Rp.95000 pak, 50 km dr pelabuhan @ypaonganan: harga semen di papua variatif, di pegunungan mahal krn pake pesawat



- Jadi argumen jokowi ttg harga semen di papua bukti bahwa jokowi kaga ngarti ttg papua, omong kosong saja..:))



- Dari argumen ttg Papua aja sdh ga ngarti, gimana mau menyelesaikan masalah di Papua...Jok...jok..:))



- Jokowi ingin mencitrakan diri bahwa dgn paham Papua berarti paham NKRI, tapi sayang dlm argumentasi harga semen di Papua aja sdh salah..:)



- Kecuali kalo kapal yg si jokowi mau pake itu bisa antar semen hingga ke Puncak Jaya, Wamena, Paniai, Yahokimo, Tolikara dll.. pace jokowi:))



- Jokowi ingin eksploitasi masalah Papua utk pencitraan, sayang dia salah data jadinya ngaco #hargasemen



- Saya tahu kondisi Papua, karena hampir semua Kab disana sy pernah datangi..:)



- Maksa bener :)) "@Reiza_Patters: Ngemengin tol laut trus maksa dikaitkan dgn harga semen jadi murah di papua itu bener. Bener maksa. #uhuk"



- Si jokowi pikir bahwa rakyat Indonesia itu bodoh spt dia makanya asal ngomong... #hargasemenPapua



- Jadi kalo jokowi bcr harga semen di papua, hanya siapkan tol laut itu keliru, siapkan juga tol udara agar harga semen di wamena murah :))



- Bicara harga semen di Papua lalu jokowi hny siapkan TOL LAUT itu keliru sosodara, harus ada TOL UDARA juga utk angkut semen ke Yahokimo :)



- Kenapa TOL UDARA, krn harga semen yg kata jokowi sktr 1Jt an itu diangkut pake PESAWAT UDARA dari Jayapura ke Wamena, Yahukimo dll :))



- Jadi mahalnya semen di wilayah pegunungan Papua tdk akan sama dgn di jawa kalo jokowi tak bangun TOL UDARA...gmn sosodara..? :))



- Sy yakin kalo org Kab Jayawijaya Papua nonton debat, dgr ide tol laut jkw utk turunkan harga semen, akan ngomong "eh pace ko su gila ka" :)



- Kalo orang Yahukimo dengar ide tol laut jkw utk turunkan harga semen, akan ngomong "eh pace, ko pe kapal laut kasih terbang kesini ka"



- Kalo orang Pegunungan Bintang dengar ide tol laut utk turunkan harga semen, akan ngomong "eh mas, ko su makan obat ka" :))



- Kalo orang Paniai nonton debat dengar ide tol laut utk turunkan harga semen di Papua akan ngomong "e pace ko lagi kumur-kumur ka"



Kepada media, Dr. Y. Paonganan juga menjelaskan lebih rinci kengawuran Jokowi.



"Dengan menggunakan kata 'tol' itu saja sudah kurang tepat, dan secara filosofis tentu keliru. Karena membawa paradigma daratan ke lautan," kritik Doktor lulusan IPB ini kepada Rakyat Merdeka Online, Selasa, (17/6).



Dijelaskan Y Paonganan, seharusnya yang dilakukan dalam kaitan perspektif maritim adalah membenahi sistem pelayaran dengan membangun infrastruktur laut, membangun industri maritim atau perkapalan yang merata seluruh Indonesia dan membangun sentra-sentra ekonomi di daerah timur agar terjadi pemerataan ekonomi nasional. Sehingga sistem logistik nasional bisa normal dengan biaya murah.



"Sebagai contoh, harga satu pak biskuit seharusnya sama di seluruh Indonesia. Produksi biskuit di Jakarta harus diangkut ke Papua dengan menggunakan kapal laut. Tentu produsen dalam hal menentukan harga juga memperhitungkan biaya distribusinya. Lalu dengan biaya angkut yang mahal tadi, harga barang juga akan naik. Sistem ini yang harus menjadi perhatian utama dalam melihat NKRI dari perspektif maritim," tegas Paonganan yang akrab disapa Ongen.



Menurut Direktur IMI, Jokowi mengambil contoh harga semen yang sangat timpang di Jawa dan Papua pun agak keliru. Semen di Papua yang mencapai harga Rp 1 jutaan itu terdapat di daerah pegunungan karena diangkut dari Jayapura dengan pesawat udara. Jadi tidak ada kaitan dengan transportasi laut. Di Jayapura sendiri, harga semen tidaklah jauh beda dengan harga di Jawa, hanya bekisar 75 ribu/sak, tentu tetap ada perbedaan harga yang signifikan," lanjut Paonganan



Yang membuat biaya angkut kapal laut tinggi, jelas Ongen, khususnya ke wilayah Timur Indonesia dikarenakan kapal dari Jyang mengangkut hasil produksi memperhitungkan biaya pulang pergi. Karena khawatir kembali tidak ada barang yang diangkut. Jadi otomatis biaya jadi double.



"Jika ada kapal besar yang direncanakan Jokowi lalu lalang antar pulau untuk mengangkut komoditas. Lantas yang akan mensubsidi siapa? Emang kapal yang akan dia buat energinya pakai air laut?," kritik Ongen.



Ongen juga menyarankan agar Jokowi jangan bicara konsep dengan istilah bombastis tapi tidak mengerti substansinya. Untuk mencapai cita-citanya itu, Jokowi butuh waktu yang panjang bisa sampai 5 periode presiden. Karena hal itu tidak serta merta.



"Banyak tahapan yang harus dilalui karena bicara maritim tidak bicara parsial tapi komprehensif dan terintegrasi. Jadi sebaiknya Jokowi memahami dulu konsepsi apa itu negara maritim baru bicara seperti itu. Jangan terus membodohi rakyat," paparnya.



Ongen pun menyarankan sebaiknya Jokowi mempelajari kembali peta NKRI baru bicara maritim. Jangan berpikir bahwa NKRI itu hanya seluas Kota Solo atau Jakarta yang cukup dibuatkan bus besar untuk bolak-balik antar lokasi seperti Transjakarta.



"Ngurusin Transjakarta saja tidak bisa, apalagi ngurusin kapal-kapal besar untuk dijadikan tol laut," sergah Ongen. [zul/rmol]








sumber : http://ift.tt/1lARyme

No comments:

Post a Comment