Thursday, April 24, 2014

Mulai Pagi Ini Semuanya Akan Berbeda











Cucu Pak Hamzah yang sedang bermain diatas becak yang

ditinggalkannya

Mulai pagi ini hingga pagi-pagi berikutnya, tidak akan ada lagi seorang tukang becak ramah, lelaki paruh baya ujung gang yang menyapa saat kau berangkat mengajar.



Sejak pagi ini sampai pagi-pagi berikutnya, tidak akan ada lagi lelaki paruh baya yang berdiri di samping, di depan dan di belakang becaknya untuk membetulkan sesuatu. Atau tak akan kau jumpai lagi ia di tangga rumahnya untuk sarapan pagi.



Mulai pagi ini sampai pagi-pagi nanti, selamanya. Tak akan kau temukan lagi lelaki paruh baya itu duduk bertengger di atas kursi teras depan rumahnya atau sebelahnya lagi sambil berbicara dengan tetangganya.



Sejak hari ini sampai hari-hari berikutnya, tidak akan ada lagi yang melepaskan sandalnya lalu pura-pura ingin melemparmu, menyuruhmu pulang karena melihat di hari libur pun kau tetap beraktifitas. Sosok yang ramah itu tak akan pernah pura-pura ingin mencubitmu saat kau melintas di depannya.



Sejak hari ini hingga hari-hari berikutnya, tak akan kau temukan lagi lelaki paruh baya itu duduk di kursi bawah pohon yang ada di ujung gang dan bertanya, " Mau ke mana lagi siang-siang terik begini? Tak capekkah kau?" tanyanya saat melihat seorang gadis seumuran anaknya keluar kembali siang hari dari gang tempat mereka tinggal. " Mau ngajar les, Wak." jawab gadis itu.



Sejak hari ini sampai hari-hari yang akan datang, tidak akan ada lagi lelaki paruh baya tertidur di atas becaknya yang ia letakkan di ujung gang saat kau pulang mengajar atau pulang dari kegiatan lainnya.



Sejak hari ini sampai hari-hari yang hadir nanti, tidak akan ada lagi lelaki paruh baya yang mengerti bagaimana membawamu dengan becak motornya lalu menyesuaikan kecepatan mesin dengan kondisimu saat itu. Tukang becak yang paling mengerti kapan ia harus melambatkan kecepatan mesinnya dan kapan ia harus meluncur secepat pembalap.



Dan mulai hari ini sampai hari-hari yang akan datang nanti, tak akan kau temui lagi lelaki paruh baya yang akan bercerita tentang kondisi kota ini di malam hari, tentang potret remaja masa kini, tentang hidup rumah tangga dan kondisi ekonomi yang sering membuat runtuh bangunan itu, tentang kelakuan para banci yang keji, tentang ini dan itu, tentang hidupnya dan tentang semuanya. Tidak akan ada lagi yang mengajakmu bercerita di atas becaknya saat ia mengantarmu ke tempat tujuan. Lalu mengucapkan terima kasih saat ia menerima lembaran uang lima ribuan dari tanganmu. Hingga kau dan lelaki paruh baya itu saling berterima kasih.



Siapa yang mengira, jika perbincangan di bawah pohon ujung gang itu adalah perbincangan terakhir dengannya. Sambil menahan sesak nafas karena baru sembuh, ia bercerita banyak yang darinya aku banyak tahu. Sambil terbatuk-batuk, ia masih setia mendengarkan penjelasanku mengapa presiden partaiku yang dulu terseret kasus itu. Hingga akhirnya ia mengerti permainan media Televisi. Hingga perbincangan itu terhenti saat adzan zhuhur berkumandang... Dan aku mohon diri untuk segera pulang ke rumah.



Selamat jalan, Wak. Kau, lelaki paruh baya, tukang becak terbaik yang teramat istimewa bagi kami.



Semoga Allah lapangkan dan terangkan kuburmu, mempertemukanmu dengan malaikat yang ramah sebagaimana ramahnya engkau di masa hidupmu.





Pangkalan Berandan, 23 April 2014

Ba'da Isya

-------------------------

Pak Hamzah, kader PKS yang sangat simpatik ini menghembuskan nafas terakhirnya, 23 April 2014 sesaat setelah adzan 'Isyaa berkumandang di usia 68 tahun.



Jika kader PKS berdedikasi untuk partainya maka itu sudah sewajarnya. Namun beliau adalah simpatisan yang selevel kader. Mengapa saya katakan demikian? Sebab dalam perbincangan terakhir saya dengan beliau beberapa hari yang lalu, yang beliau tanyakan adalah bagaimana kabar PKS dan bagaimana suara PKS di sini, kota Pangkalan Berandan. Bagaimana suara PKS di provinsi dan DPR-RI. Menanyakan Ustadz Supriadi, sosok yang sangat beliau kagumi. Menanyakan segala hal tentang PKS hingga akhirnya ia berucap, " Iyalah...belum saatnya mungkin PKS menang. Tidak mengapa yang penting tetap berbuat untuk masyarakat. Ada waktunya nanti PKS menang..." ucapnya mengakhiri pertemuan siang itu. Dan tahukah kalian duhai saudaraku? Betapa setianya bapak paruh baya ini kepada Partai Dakwah ini. Pakaian terakhir yang ia kenakan saat ruh dan jasadnya berpisah untuk selamanya adalah kaos PKS. Subhanallah...

Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu.





@putri_nelayan





sumber : http://ift.tt/1iSSNvC

No comments:

Post a Comment