Tuesday, March 24, 2015

Lee Kuan Yew Pernah Curigai PKS, Kenapa?






Mantan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew, pernah memiliki kecurigaan dengan Partai Keadilan Sejahtera. Kecurigaan itu dilatari oleh persepsi publik yang menilai PKS sebagai partai yang membawa semangat eksklusifitas beragama.



"Ada kesan yang ia tangkap dari persepsi publik ketika itu," ujar mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Hidayat Nur Wahid, usai mendatangi Kedutaan Besar Singapura untuk menyatakan belasungkawa atas kepergian Lee, Selasa, 24 Maret 2015.



Namun, menurut Hidayat, kecurigaan itu disampaikan Lee dengan cara yang sangat diplomatis. Lee sama sekali tidak menyinggung langsung topik masalah dengan cara yang vulgar. Momen pertemuan Lee dengan Hidayat pada 2009 itu Lee gunakan untuk menggali rasa ingin tahunya.



"Saat itu Lee bertanya bagaimana masa depan Indonesia dan Asia Tenggara jika PKS kelak memenangi pemilu di Indonesia," ujar Hidayat mengenang ucapan Lee.



Hidayat mengaku sangat tersanjung dengan kepedulian Lee terhadap partai yang pernah ia pimpin. Kepada Lee, Hidayat mengatakan kecurigaan terhadap PKS sebagai partai eksklusif yang anti demokrasi dan anti toleran bukanlah garis politik PKS.



"Yang Anda takutkan tidak pernah ada. Buktinya, kemenangan yang kami peroleh di Jakarta dan Halmerah Selatan pada 2009 tidaklah serta merta melahirkan produk-produk kebijakan yang eksklusif," kata Hidayat Yng juga mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ini.



Bahkan, semasa menjabat sebagai Ketua MPR, Hidayat mengaku tidak pernah membawa agenda terselubung yang bertujuan membelokkan dasar negara. "Justru sayalah yang mendorong program sosialisasi pilar bernegara jauh sebelum Taufik Kiemas (almarhum, Ketua MPR 2009-2014)," ujarnya.



Hidayat mengaku senang dengan gaya diplomasi Lee ketika itu. Menurut dia, Lee merupakan tokoh yang menerapkan diplomasi langsung. "Beliau berani bertemu dengan orang lain. Dengan cara itu beliau bisa menyaring gosip dan informasi yang terbaik dalam membuat kebijakan," katanya.



Sumber: TEMPO







sumber : http://ift.tt/1y3rIuu

No comments:

Post a Comment