Oleh Zulfi Akmal
Seorang petani sangat emosi kepada temannya hingga ia lontarkan kata-kata yang melukai. Tidak lama setelah itu ia pulang ke rumah. Sesampai di rumah ia bisa mengendalikan diri dan kemarahannya menjadi reda.
Dia mulai merenungi dirinya sendiri....Bagaimana kalimat seperti itu bisa keluar dari mulutku? Katanya membatin. Aku akan mendatangi temanku dan aku akan minta maaf.
Betul saja, petani itu kembali menemui temannya. Dalam keadaan malu sekali ia berkata: "Aku minta maaf sekali. Kalimat itu keluar dari lidahku tanpa ku sadari. Mintakanlah ampun untukku kepada Allah".
Temannya menerima permohonan maaf itu. Tidak ada raut wajah kecewa dan marah darinya. Dia bisa memaklumi dan sangat berlapang dada menerima temannya.
Akan tetapi petani itu sendiri terus merenungi, kenapa bisa kalimat seperti itu berhamburan dari mulutnya.
Hatinya tidak bisa tenang atas keterlanjuran itu...
Kemudian ia sengaja mendatangi seorang pemuka masyarakat yang terkenal bijaksana.
Dia mengajukan aduan: "Ya Syekh, aku ingin jiwaku tenang. Aku tidak bisa terima, kok sampai segitunya mulutku ini melontarkan kata-kata. Apa yang sudah terjadi dengan diriku ini?"
Pemuka kampung menjawab: "Kalau kamu betul-betul ingin tenang, isilah keranjangmu dengan kapas. Kemudian lewatlah di setiap rumah di kampung ini. Letakkan sedikit kapas di depan setiap rumah".
Dengan patuh petani itu menjalankan perintah pemuka kampung tanpa banyak tanya. Setelah melakukan itu ia kembali kepada pemuka kampung.
Pemuka kampung berkata kepadanya: "Sekarang pergilah, kumpulkan kembali semua kapas yang berada di depan setiap rumah kampung".
Kembali petani itu menjalankan perintah dengan patuh. Tapi sayang, angin sudah menerbangkan kapas-kapas yang ia letakkan tadi. Dia tidak bisa mengumpulkannya kembali kecuali hanya sedikit. Lalu ia kembali kepada pemuka kampung dengan kecewa dan sedih.
Ketika itu pemuka kampung memasukkan nasehat yang sangat berharga kepadanya:
"Setiap kalimat yang keluar sama persis dengan kapas yang kamu letakkan di depan rumah saudara-saudaramu. Sangat mudah untuk melakukan itu. Akan tetapi betapa susahnya mengembalikan kata-kata itu ke mulutmu.
Jadi, hanya ada dua pilihan bagimu. Kumpulkan kembali kapas yang sudah beterbangan atau kamu menahan lidahmu.
Ingatlah firman Allah:
ما يلفظ من قول إلا لديه رقيب عتيد
"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir". (Qaf: 18)
Rasulullah bersabda:
المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده
"Orang muslim itu adalah orang yang selamat orang-orang muslim lainnya dari lidah dan tangannya".
Ya Allah, karuniakanlah kepada kami kemampuan untuk menjaga lidah. Hiasilah diri kami dengan kemuliaan akhlak.
sumber : http://ift.tt/1leYMug
No comments:
Post a Comment