Tuesday, February 25, 2014

Mewaspadai Ungkapan Racun: "Ulama Jangan Berpolitik!"







Ulama jangan berpolitik dan jangan dekati politik!



Ulama rabbany itu jauh dari masalah-masalah politik.



Benarkah ini?



Berkaca kepada sejarah ternyata setiap pemimpin besar yang adil dan besar selalu didampingi ulama rabbani, bahkan mereka sendiri adalah ulama.



Empat orang Khulafaurrasyidin adalah para ulama yang dilingkari oleh ratusan bahkan ribuan ulama shahabat.



Umar bin Abdul Aziz didampingi oleh seorang perdana mentri yang bernama Raja' bin Haiwah. Wama adraka ma Raja' bin Haiwah? (Dan siapakah Raja' bin Haiwah? seorang tokoh besar tabi'in -ed). Di samping itu puluhan ulama tabi'in yang selalu menyertai dan membantu beliau menjalankan amanah. Terus, siapa yang meragukan keulamaan dan ketinggian ilmu beliau (Umar bin Abdul Azizi) sendiri?



Harun ar Rasyid didampingi oleh dua orang murid Abu Hanifah; Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan Asy Syaibany. Juga seorang alim besar yang bernama Al Kisa-i.



Sultan Shalahuddin al Ayyuby selalu disertai oleh ulama yang sangat hebat dan shaleh; qadhi Fadhil.



Sultan Muhammad al Fatih didampingi selalu oleh seorang guru rabbany yang bernama Syamsuddin Aqa.



Begitu sejarah mencatat! Ini baru segelintir.



Perlu dikoreksi kembali, barangkali penyebab bobroknya kondisi perpolitikan sekarang justru karena ulama menjauh dari ring politik. Tidak mau tahu terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintah. Atau tidak mau ambil resiko, semua cari selamat. Lebih parahnya, pemimpin itu didampingi para ulama suu'.



Saya kira ungkapan: politik haram, ulama jangan berpolitik, politik tidak ada hubungannya dengan agama, agama jangan dibawa-bawa ke arena politik adalah ungkapan politis para ahli syahwat dan ahli dunia yang tidak mau terganggu kebebasannya. Ungkapan orang yang tidak ingin diatur oleh agama, yang ingin bebas sesuai seleranya.



Untuk menyambut kebangkitan Islam di masa yang akan datang persepsi ini perlu diperbarui. Dikembalikan kepada porsi semestinya. Hadits tentang larangan ulama mendekati tangga sultan perlu dipahami dengan benar dan proposional.



Sultan yang baik didampingi oleh ulama rabbany yang baik. Ulama jahat (suu') mendampingi pemimpin yang zalim.





*by Zulfi Akmal

Al-Azhar Cairo












sumber : http://ift.tt/1lk1ilL

No comments:

Post a Comment