Monday, February 2, 2015

Abraham Samad Segera Tamat





Abraham Samad segera tamat. Begitulah dugaan sebagian besar publik pasca pengunggahan foto-foto pribadinya ke dunia maya.



Tak hanya foto sangat pribadinya dengan seorang perempuan yang ternyata bernama Feriyani Lim, namun juga foto Abraham Samad dengan Supriyansah alias Ancha dan yang paling akhir adalah foto Abraham Samad dengan seseorang berinisial D yang menemani Samad bertemu secara diam-diam dengan elite PDI P.



Abraham Samad memang bisa berkelit berkali-kali dan mengatakan bahwa itu semua rekayasa. Namun ketika muncul lebih banyak lagi fakta mengenai dirinya, Samad tak punya pilihan lain, dan harus mengakui kebenaran-kebenaran tersebut meski pahit terasa untuk diri, karir dan nama baik yang selama ini dipertahankan Samad habis-habisan.



Masih hangat dalam ingatan, ketika dengan mata wajah ditekuk seribu, Samad berdiri di sisi Jokowi yang mengadakan konperensi pers di Istana Bogor, 23 Januari 2015 lalu, dan dengan suara gemetar serta airmata yang terbayang di matanya, Samad berseru-seru di Gedung KPK, meneriakkan pembelaan.



"KPK telah dikriminalisasi! Ayo kita jaga gedung ini..," ujar Samad ketika itu.



Yang terjadi kemarin, betul-betul sebuah menjadi sebuah antiklimaks. Hancur dan runtuhnya kepercayaan publik bersama pengakuan yang meluncur dari bibir Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi itu. Abraham Samad yang secara pribadi maupun melalui jurubicara KPK Johan Budi SP, selalu membantah terlibat dalam hal-hal yang dituduhkan publik kepadanya.



"Berkaitan dengan pertemuan saya dengan sejumlah pihak, tidak dapat dihindari ada pertemuan saya dengan pemimpin politik. Saya tidak membantah bahwa nama saya pernah digadang-gadangkan sebagai calon wakil presiden. Tapi itu bukan atas inisiatif saya," ujar Samad di Gedung KPK, Senin, 2 Februari 2015.



Abraham Samad segera tamat. Kehancuran citra yang dibangunnya susah payah, bukanlah karena upaya kriminalisasi, melainkan murni karena keteledoran dan ketakhati-hatian Samad. Ia tak hanya menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan, ia juga telah menghancurkan kepercayaan publik.



Jika publik sungguh mendukung upaya penyelamatan KPK, maka publik harus turut mengawasi, agar KPK tak dijadikan tunggangan ambisi pribadi oleh para komisionernya. (fs).





sumber : http://ift.tt/16bmrtk

No comments:

Post a Comment