'Buat Apa Sampeyan Ributkan Kaos Anindya?'
Mas… Mas… masih sempat juga menyibukkan kantor saya
Soal kalian buat tulis surat terbuka segala
Hanya bikin sumpek kami di Mabes sana
Padahal kami baru saja bernapas lega
Sebab si bos terbebas dari dakwa penjara
Mas… Mas… buat apa sih peduli soal kaos Putri Indonesia
Yang diberitakan bersablon palu arit dengan bangga
Baiknya sih, Mas, jangan bergegas dulu menuduh dia
Apalagi menuding kami diam tak ikuti berita
Kami tahu kok isi TAP MPR yang kalian bawa-bawa
Atau kutipan pasal UU yang sampeyan saja mungkin baru baca
Ayo mengaku saja: itu demi kami jerat itu wanita
Tapi, Mas, mau bagaimana?
Wong semua bisa beralih rupa
Sampeyan lupa, rekening kurus saja bisa gemuk berganda
Pria jenggotan mudah dicuriga
direkayasa dengan pasal teror negara
Tapi soal si Putri berpalu arit kami memang mau apa
Presiden kita didukung orang-orang begituan, masak lupa
Mau apa kalau kami di Mabes tangkap si Anindya
Pasti dianggap cari gara-gara ungkap kasus lama
dan dituding si Todung ce-es kami ini seolah tidak bisa bekerja
mana yang prioritas dan mana yang cukup digosipkan media
Selain itu, Mas, orang-orang Presiden Paduka Mulia
juga belum bicara pada atasan saya
Ya karena memang bedalah kalau gadis cantik itu dianggap duta wisata
Cukup ampuh alihkan juga soal lain yang sebenarnya patut lebih menyita
Sampeyan sih bandingkan dengan yang berkaos lafal mulia
Tulisan Arab agama sampeyan bagi kami prospektif berita di media
Si Anindya cuma komoditas berharga
Masak sampeyan juga lupa?
Itu cari gara-gara demi naikkan citra
Setalilah dengan Paduka Mulia di Istana
Upsss… Sampeyan jangan keras-keras bicara ya
Itu si Anin unggah kejadian lama
Coba pikir: ada apa baru ‘digoreng’ awal Februari. Tanya kenapa?
Lha sampeyan yang biasa takbir dan bicara konspirasi kudunya
paham dengan fakta kasad mata
Begitulah umat agama sampeyan, Mas. Mesakke tapi mau apa dikata
Gulir sini gulir sana demi ributkan kejadian biasa
tapi diam-diam ada skandal dan kejadian memerihkan bagi bangsa
Begini, Mas, kami di Mabes sih tahu, tanpa sampeyan buka suara di social media
Apalagi sampai buat surat terbuka segala
Coba sampeyan berikan satu argumen saja
Kita juga prihatin kok Mas, ada ancaman ke Pancasila
Banyak anak muda tidak paham komunisme dan ideologi penista lainnya
Si Anindya hanya satu kasus kecil yang telanjur digunjing di mana-mana
Saat ini kesatuan bangsa tercinta memang bakal tinggal cerita
Semua bisa diputar-balik sedemikian rupa
Hitam jadi putih, putih jadi hitam durja
You know-lah ini gara-gara Revolusi Mental kadung dipropaganda Paduka
Semuanya kini berbalik tidak karuan mengusik logika
Banyak kawan sampeyan seperti gula yang biasa dibolak-balik atasan saya
Dari soal gelembungkan rekening hingga menjaga kelanggengan penguasa
Mas, sudahlah… diam saja soal Putri Indonesia,
Nanti juga beres penuh tawa sebagai akhir cerita
Soal komunis, itu urusan alat negara. Tapi ya, kami hanya ikuti Paduka
yang sayangnya banyak dikelilingi kalangan pembela mereka.
Sorry ya, Mas, surat terbuka sampeyan nyelip di celana
dalam saku berisikan ponsel atasan saya
Meski sudah ataukah belum sempat beliau baca,
Walau hanya satu alinea kicauan Saudara
Begini saja, Mas: besok mending berhenti bersuara
Sudahi meminta kami begini dan begitu demi hukum wibawa
Memang hukum kita wibawa, Mas? So what gitu buat apa bercapek ria?
Bagi kami, daripada mengurusi perkara begini mending yuk nobar drama Korea
Lumayan belajar bermain citra dari muka-muka
hasil operasi plastik aktor-aktrisnya.
(Yusuf Maulana)
Sumber: Islampos.com
sumber : http://ift.tt/1FALPo2
No comments:
Post a Comment