Wednesday, July 1, 2015

"Ya Tuhan, apa salahku?! Kenapa aku diberi ujian seperti ini?"


Seorang tabi'in yang mulia; Muhammad ibn Sirin pernah dipenjarakan karena terlilit hutang. Menaggapi musibah yang menimpa dirinya ia berkata: "Ini adalah cobaan yang ditimpakan kepadaku akibat dosa yang aku lakukan semenjak 30 tahun yang lalu".

Dosa yang beliau lakukan ialah ketika ia bertemu dengan seorang fakir ia berkata: "Wahai orang yang bangkrut!"

Imam Sufyan ats Tsaury mengalami hal yang mirip. Beliau berkata: “Aku pernah terhalang mengerjakan qiyamullail selama lima bulan yang diakibatkan oleh satu dosa yang aku lakukan”.

Lalu orang disekitarnya bertanya: “Dosa apakah itu?”

Beliau menjawab: Aku melihat seorang laki-laki menangis, lalu aku berbisik di dalam hatiku: “Orang ini riya"!

Dari dua kisah ini ada satu pelajaran besar yang kita dapatkan, yaitu: bagaimana mereka begitu sensitif dengan dosa yang pernah mereka lakukakan. Sehingga ketika terjadi hal yang tidak diinginkan mereka langsung menyandarkan penyebabnya kepada dosa tersebut.

Sejalan dengan firman Allah:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

"Dan apapun musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Asy-Syura: 30)

Di samping itu yang lebih menarik, bagaimana mereka bisa hafal dosa yang telah mereka lakukan.

Tidak ada kata lain selain hal itu menunjukkan bahwa alangkah sedikitnya dosa yang mereka lakukan, sampai-sampai mereka mampu mengingatnya walaupun sudah berlalu waktu yang lama dari kejadian, bahkan sudah puluhan tahun.

Sangat berbeda dengan kita sekarang yang melakukan banyak dosa setiap hari, bahkan setiap saat. Saking banyaknya kita tidak ingat lagi dosa apa saja yang telah kita lakukan. Dan yang lebih parah, kita merasa tidak pernah melakukan dosa.

Karena itu, tidak jarang kita dengar bila seseorang ditimpa musibah atau bencana, ia akan berkata: "Ya Tuhan, apa salahku?! Kenapa aku diberi ujian seperti ini?"

Akibat terlalu banyak dan terbiasanya melakukan dosa, kita menjadi kehilangan sensitivitas terhadap dosa. Bila hal itu berlanjut tanpa mau menyadarkan diri secepatnya, ia akan berakibat fatal terhadap kesehatan rohani.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: " إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ، صُقِلَ قَلْبُهُ، فَإِنْ زَادَ، زَادَتْ، فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَهُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ [المطففين: 14

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya bila seorang mukmin melakukan satu dosa, maka akan tumbuh pada hatinya setitik hitam. Sekiranya dia bertaubat, meninggalkan dosa itu dan minta ampun, akan terkikislah titik hitam itu daripada hatinya. Jika dia tambah melakukan dosa, maka titik hitam itu akan terus merebak hingga seluruh hatinya menjadi hitam. Itulah ia "raan" yang disebutkan Allah dalam kitabnya: Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. ” (Hadis riwayat Ibn Majah).

Untunglah dengan Maha Pengasih dan Maha Penyayang-Nya, Allah tidak langsung menimpakan azab terhadap setiap kesalahan yang kita lakukan. Tapi Allah menangguhkan dan memberi kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri dan bertaubat.

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِ بَصِيرًا

"Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan menyisakan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun, akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya". (Fathir: 45)

Inilah sepuluh hari pertengahan dari bulan Ramadhan yang keistimewaannya adalah Allah memberikan pengampuan bagi hamba-hamba-Nya (maghfirah). Saat inilah kesempatan emas yang harus dipergunakan sebaik-baiknya untuk memohon keampuanan kepada Allah atas dosa yang telah kita lakukan selama ini. Saatnya memperbaharui tekad dan janji kepada Allah untuk menjadi hamba yang taat dan menjauhi dosa-dosa.

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Engkau mencintai kemaafan, maka maafkanlah kami. Peliharalah diri kami dari dosa dan maksiat di hari-hari mendatang.

(Zulfi Akmal)




sumber : http://ift.tt/1Hy7MKa

No comments:

Post a Comment