"ZUBER SAFAWI: MUTIARA DI TENGAH LUMPUR"
Oleh: Ust. Budi Hidayat
Sekitar 3 hari yang lalu saya dikejutkan sebuah kabar. Bahwa DPP PKB mengeluarkan Surat Rekomendasi agar laki-laki ini menjadi Calon Wakil Walikota dalam Pilkada Kota Semarang. Padahal beliau Tokoh PKS. Laki-laki ini memang tokoh yang layak dikagumi, Zuber Safawi.
Beliau tidak mencalonkan diri. Tapi diminta maju dalam pilkada. Oleh partai yang berbasis massa Nahdiyin. Mengejutkan, karena tidak terduga bagi saya yang hanya pemerhati politik dan aktifis dakwah amatiran.
Ijinkan saya berbicara tentang beliau. Sosok yang menjadi Ayah bagi para aktifis dakwah dan masyarakat Semarang. Beliau dianggap ayah, karena rumahnya tidak pernah sepi dari orang yang pingin ngaji, silaturahmi, minta nasehat dan tempat orang curhat karena berbagai masalah kehidupan. Bahkan banyak juga minta dicarikan jodoh :)
Sudah hampir 20-an tahun saya mengenal beliau. Ternyata lamanya perkenalan tidak membuat segan dan sungkan saya hilang. Jika bertemu beliau , saya merasa layaknya santri yang ketemu Kyai Sepuh-nya. Hormat dan siap menunggu "dawuh". Bagi saya itu kharisma yang sulit dijelaskan.
Jadi ingat hadits :
"Barangsiapa takut kepada Allah, maka Allah menjadikan segala sesuatu takut kepadanya. Barangsiapa tidak takut kepada Allah, maka Allah menjadikannya takut kepada segala sesuatu. " (HR. Al-Baihaqi).
Rasa hormat saya karena sepak terjang beliau dalam dunia dakwah. Seakan nafasnya berbunyi: dakwah... dakwah.. dakwah. Karena beliau berdakwah sejak masih pelajar. Saat pelajar sudah jadi aktifis dan Ketua PII.
Komitmen beliau untuk mewakafkan dirinya untuk kepentingan dakwah dan ummat, rasanya sulit ditiru.
Saat pertama bertamu ketempat beliau. Rumahnya kecil, pintunya pendek. Kepala saya pernah kejedot pintu saat akan masuk rumah itu. Didalam rumahnya tidak ada perabot meja kursi. Kalau bertamu, kita duduk diatas tikar.
Karena rumah beliau yang kecil itu, saat mengundang beliau ngisi ceramah tabligh akbar. Saya memaksa secara halus agar amplop titipan Takmir Masjid "harus" beliau terima dan tidak boleh ditolak. Tanpa melihat isinya, beliau berkomentar: "Saya sampaikan terima kasih kepada Takmir. Amplop ini saya terima, tidak saya tolak. Tapi saya sumbangkan buat Masjid Nurul Huda (Masjid tempat ceramah tadi)". Sesuai dugaan saya beliau menolak amplop tadi. Ternyata sang amplop bertepuk sebelah tangan.
Sekarang rumah beliau lebih luas. Seluruh dindingnya ditempel lemari buku besar. Seakan buku-buku dan kitab-kitab itulah hiasan dindingnya. Ruang tamunya lapang, tapi tetap sederhana seperti dulu, tidak ada perabotnya. Hanya tikar dan papan tulis, kalau bertamu kita tetap lesehan. Tapi saya berfikir ini malah eksotik.
Gaya hidup beliau memang sederhana. Sesuai nasehat beliau dalam sebuah majelis pengajian, kunci agar hidup menjadi damai: "Menjaga kejujuran, Hidup sederhana, Apa adanya." Tips yang simple dan sederhana. Dan saya merasakan, beliau komitmen dengan motto itu.
Dulu beberapa teman menyumbang motor untuk mobilitas beliau. Dan motor itu beliau juluki "motor dakwah". Siapa yang mau pakai dipersilahkan. Beberapa teman pinjam untuk gaya-gayaan. Bangga aja bisa pinjam motor Ustadz Zuber :)
Saat beliau menjadi Aleg Propinsi Jateng. Beberapa wartawan menyampaikan bahwa wawancara dengan beliau menyejukkan. Sehingga beliau sangat sering jadi narasumber berita di koran lokal. Seingat saya, koran Suara Merdeka pernah memberi judul wawancara dengan beliau "Mutiara ditengah lumpur."
Waktu itu kursi DPRD Propinsi dari PK (Partai Keadilan) hanya satu kursi. Saya pernah bertanya: "Apa gak hilang suara panjenengan ditengah-tengah mereka tadz?" Beliau menjawab: "Begitulah tabiat dakwah, da'i-nya satu, yang dengerin banyak. Kita jadikan ini sebagai mimbar dakwah". Ternyata benar, walau satu kursi, tapi beliau sering masuk koran dibanding Aleg yang lain.
Saat beliau menjadi anggota dewan propinsi. Beliau tetap naik angkot, saat ada teman bertanya kenapa tidak beli mobil saja. Beliau menjawab: "kami ingin menjaga perasaan kader dan simaptisan yang belum punya mobil."
Saat beliau maju menjadi anggota DPR-RI. Saya dengar beliau sudah membeli mobil, untuk ngirit biaya Jakarta-Semarang. Tapi berkali-kali saya sowan beliau, saya tidak pernah lihat mobil itu. Rupanya beliau masih jaga perasaan kader dan simpatisan sampai sekarang.
Seharusnya puji-pujian tidak kami ceritakan saat beliau masih ada (hidup). Tapi kematangan beliau dalam beragama membuat saya yakin pujian ini tidak menjadikan beliau ghurur (tertipu).
Saat ini sudah resmi beliau mendampingi Pak Soemarmo dalam Pilkada Kota Semarang.
Kepada Warga Semarang, Untuk Kebangkitan Kesejahteran Kota Semarang, Pilihlah pemimpin yang sederhana dan amanah. Daftarkan diri untuk menjadi relawan:
H. Soemarmo HS - KH. Zuber Safawi, SHi
sumber : http://ift.tt/1D49gtz
No comments:
Post a Comment