Wednesday, July 29, 2015
6 Kekeliruan Atas "Pidato" Presiden Jokowi saat Kunjungan di Singapura
Saya kutip dari laman fb-nya presiden:
Alhamdulillah tadi saya berbicara Forum Singapore-Indonesia Business Dialogue, di Singapura. Saya menyatakan saat ini adalah saat yang tepat untuk berinvestasi di Indonesia. Hanya mereka yang berani, mereka yang datang lebih awal, bakal memetik keuntungan besar.
Pekerjaan rumah kita yang harus dilakukan secara paralel di Indonesia, antara lain perbaikan regulasi yang harus ramah bisnis, penyederhanaan izin dan lisensi, memerangi korupsi, dan reformasi birokrasi.
Kita canangkan reindustrialisasi, mengembangkan industri dasar. Mari kita bangun optimisme kalau dalam 10 atau 15 tahun mendatang, ekonomi Indonesia akan tumbuh dua kali lipat. Tapi untuk mencapai pertumbuhan yang berlipat itu, kita harus berani melakukan “turun mesin" dan “menemukan kembali” ekonomi kita.
(Presiden Joko Widodo)
***
Ini komentar saya:
(1) Untuk paragraf pertama: Saat ini pasar modal Indonesia justru sedang ditinggalkan investor. Hanya dalam hitungan pekan, Indeks Gabungan jatuh lebih dari 200 poin. Sejak presiden Joko berkuasa, malah nilai kejatuhannya sekitar 400 poin.
(2) "Hanya mereka yang berani, mereka yang datang lebih awal, bakal memetik keuntungan besar".
Lha, atas dasar apa presiden mengeluarkan pernyataan seperti ini? Apa beliau berprinsip "siapa cepat dia dapat"? Emangnya ini lapak kaki lima, apa?
Lha, sekarang aja, bahkan jauh sebelum Pak Joko menjadi presiden, jauuuhhh pada awal pemerintahan Presiden Soeharto, sudah banyak yang datang lebih awal. Ada Freeport, Caltex, Chevron, Petrochina...... di jaman perjuangan malah udah masuk Bata... itu tuh pembuat sepatu... dari Cekoslovakia (sekarang diteruskan wong Indonesia).
Lagian, kalo otak investor macam Warren Buffet, keuntungan besar bukan soal datang lebih awal atau paling akhir, tapi soal "kesabaran memantau pasar".
Eh, ada kok contoh sukses masuk lebih awal dan memetik keuntungan besar. Yaitu Singapura, waktu bisnis telekomunikasi satelit dan seluler kita masih mencari bentuk terbaik, Singapura dipersilahkan masuk beli saham Indosat. Beli operator seluler, bonus satelit dan orbit satelit. Belakangan, itu barang sudah dilego ke Qatar. Benar, Singapura untung besar. (he he he... ini satire, yakkk... sengaja saya tegaskan: satire... daripada nanti dengan prinsip positive thinking yang diselewengkan, dijadikan poin positif oleh... ehmmm.. para pendukung buta).
(3) Lalu, logika macam apa pula yang mendasari pernyataan presiden di atas?
Untuk paragraf kedua: saya langsung ke poin penyederhanaan izin dan lisensi... Lha, emang izin dan lisensi apa bedanya toh? Itu baru dari segi diksi. Kalau dibawa ke hal yang lebih jauh lagi, lha kok pernyataan ini berbeda dengan niat yang pernah dia tawarkan saat Debat Pilpres dulu? Bukankah Pak Joko bilang akan "mempersulit" masuknya perusahaan asing? Masih ingat, kan?
(Baca Arsip Pilpres: Ini tanggapan Hatta soal rencana Jokowi persulit investasi asing http://ift.tt/1VO507P)
(4) Untuk paragraf ketiga: Reindustrialisasi.
Lha, sejak kapan kita pernah menjadi negara industri? Re-industrialisasi berarti tindakan mengulang capaian sebagai negara industri. Lha, sampai sekarang kita masih berkutat dengan pertanian.
(5) Dalam 10-15 tahun ekonomi kita tumbuh 2 kali lipat (!).
Dua kali lipat itu artinya 200%. Pake perhitungan non majemuk saja berarti dibutuhkan pertumbuhan 13 sampai 20% pertahun untuk mencapai angka 200% itu(!). Mimpi kali ye? Lha nyampe 7% per tahun aja udah luar biasa banget. Lha semester kemarin aja pertumbuhan ekonomi kita hanya 4,7%!?
(6) Terakhir, soal "turun mesin".
Sadarkan presiden kalo istilah turun mesin itu berarti mesin tak bekerja sama sekali (karena direparasi total), yang berarti roda perekonomian stop sama sekali? Lalu, rakyat Indonesia makan batu akik ajah, gituh, selama masa reparasi? Atau, presiden Joko berniat merubah total pasal-pasal dalam UUD yang menyangkut perekonomian bangsa?
*by Canny Watae
sumber : http://ift.tt/1ODjvpE
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment