LANGSA - Komite Nasional Solidaritas untuk Rohingya (KNSR) mengupayakan lahan baru hunian sementara (huntara) bagi 255 pengungsi Rohingya yang ditampung di Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa. Hal itu menyusul diterbitkannya pengumuman dari pemilik gudang, CV Dewi Monza, di Pelabuhan yang memberikan warning kepada para pengungsi Rohingya untuk segera mengosongkan gudang tersebut. Termasuk dalam hal ini gudang yang ditempati 427 orang pengungsi Bangladesh.
Seperti diberitakan sebelumnya, seruan itu dilakukan dengan menempelkan pengumuman pengosongan dalam bahasa Indonesia dan Inggris di tembok gudang. Salah satu koran lokal di Aceh, Serambi Indonesia, pada Selasa (23/6/2015), halaman pertama melansir, pengosongan gudang tersebut dikarenakan gagalnya kesepakatan antara pihak CV Dewi Monza dengan tim pengelola pengungsi untuk pemakaian lanjutan gudang tersebut. Tenggang waktu yang telah diberikan CV Dewi Monza sudah berakhir.
Presiden KNSR Syuhelmaidi Syukur membenarkan desakan pihak pemilik gudang untuk segera mengosongkan dari pengungsi.
Syuhelmaidi Syukur |
Saat ini, KNSR masih melakukan pembicaraan intensif dengan Walikota Langsa Usman Abdullah kemungkinan memindahkan pengungsi di luar Pelabuhan. Salah satu pilihannya adalah di Timbang Langsa. Di sana ada lahan 100 hektar yang bisa dipakai sebagian membangun shelter untuk pengungsi.
Syuhel melanjutkan, jika lahan di Timbang Langsa positif bisa dipakai untuk menampung pengungsi, maka ACT akan membangun Integrated Community Shelter (ICS), bekerjasama dengan Peduli Muslim.
Sementara itu pantauan lapangan, pasca dikeluarkannya pengumuman tersebut, terlihat gudang yang selama ini dipakai oleh pengungsi Rohingya tampak sepi, walaupun belum seluruhnya keluar dari gudang tersebut. Mustafa salah seorang relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) membenarkan kalau para pengungsi sudah mulai pindah sejak Selasa (23/6/2015) pagi.
“Benar, sebagian pengungsi sudah dipindahkan ke barak, terutama yang perempuan dan anak-anak,” jelas Mustafa.
Koordinator Posko ACT Kuala Langsa Feri Vanova menyatakan syukurnya, sejak awal ACT telah menyediakan lahan untuk antisipasi permindahan pengungsi dari gudang. Lahan yang telah diuruk tanah sehingga rata oleh ACT itu lalu dibangun hunian sementara berbentuk barak, sebelum dipindahkan ke shelter yang lebih permanen. Pembangunan barak itu hasil patungan dana dari berbagai LSM yang juga berposko di pelabuhan tersebut.
Lebih jauh, Feri mengatakan Komite Nasional Solidaritas untuk Rohingya (KNSR) Wilayah Kota Langsa, Aceh Tamiang dan Aceh Timur sedang mengusahakan lahan untuk dibangun shelter sebagaimana yang sudah dilakukan ACT di Aceh Utara.
"Sekarang ini, pimpinan KNSR yakni Pak Syuhelmaidi Syukur dari Jakarta dan Pak Musthofa Ya’kub Koordinator KNSR Kota Langsa, Aceh Timur dan Aceh Tamiang sedang menjajaki kemungkinan pembangunan shelter di Timbang Langsa, sekitar 15 kilometer dari arah Pelabuhan Kuala Langsa. Di sana ada lahan seluas 100 hektar. Semoga saja negosiasi dengan pihak-pihak terkait, dengan Walikota khususnya, bisa berjalan lancar sehingga nantinya ada kepastian tempat tinggal bagi pengungsi. Mohon doanya," harap Feri.
Sementara itu, barak yang ada baru 10 kamar, berisi dua ranjang tidur bertingkat. Hal ini diakui Feri, jelas tidak mencukupi untuk menampung pengungsi Rohingya yang berjumlah 255 jiawa dan pengungsi Bangladesh 427 jiwa.*
sumber : http://ift.tt/1Njn4kI
No comments:
Post a Comment