Sunday, January 25, 2015

Apakah Prabowo di Balik Kisruh KPK dan Polri?






Sungguh, melihat perang pernyataan dan pamer konferensi pers akhir-akhir ini membuat tangan penulis gatal untuk menyampaikan uneg-uneg. Mulai dari wacana bego dari kelompok KIH dan kemudian secara bercanda di kompori KMP untuk kemudian meloloskan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri karena Jenderal Sutarman ter-indikasi berbau 'SBY' dan bukan 'Megawati Banget'. Lalu Jokowi secara aneh malahan menunda dan kemudian menugaskan Komjen Badrudin Haiti sebagai Pelaksana Tugas Kapolri.



Alih-alih menjalankan tugasnya sebagai 'laksana' Kapolri, Badrudin seperti pikun dan kebingungan saat ditanya awak pers terkait ditangkapnya Wakil Ketua KPK Bambang Widjajanto dalam sangkaan memberikan keterangan palsu dalam kapasitas sebagai seorang advokat dalam kasus pemilihan bupati. Maka ramailah berita bahwa BW telah ditangkap tim Bareskrim 'abal-abal', konyolnya lagi BW dipaksa bak pesakitan gegara kasus narkoba atau jatanras dengan memborgol tangan pria berjenggot ini.



Publik yang masih dalam momentum mencairnya kebekuan pasca polarisasi pilpres kemarin menjadi berujung kepada judgement day bahwa betul Jokowi adalah seorang petugas partai meski menjabat sebagai Presiden RI ke tujuh. Tidak sedikit para relawan Jokowi beramai-ramai menuding pria Solo ini memang tidak akan pernah bisa lepas dari ketiak Megawati Soekarnoputri, selamanya.



Surya Paloh dan Kalla akan selamanya beradu kepentingan dugaan penulis, Jokowi akan memainkan sedemikian rupa energi jabatannya untuk tetap dapat berdiri tidak limbung. Meskipun publik akhirnya sepakat Jokowi telah limbung dan tidak lagi dalam instingnya sebagai bayi yang lahir dari rahim 'rakyat', sebuah stigma yang dilontarkan terus menerus oleh relawannya dulu saat berkampanye. Rahim rakyat yang tentu saja menjadi orientasi kepemimpinannya dalam lima tahun ke depan.



Namun sampai pada detik ini kisruh yang berkeluk-keluk memakan energi rakyat yang juga telah di ganggu di awal keputusan politis di masa kepemimpinannya dengan menaikkan BBM ditengah turunnya minyak dunia dan kemudian tanpa nyana menurunkannya lagi paska sembako sudah terlontar harganya ke angkasa. Belitan-belitan yang kasat mata bahwa Jokowi tidak pada naturenya membuat Indonesia seakan-akan sulit keluar dari masalah-masalah pragmatis para pelaku politik praktis.



Melihat permainan odong-odong saat fit and proper test dan kemudian basa-basi Jokowi saat konferensi pers terkait kisruhnya KPK dan Polri telah mempertontonkan kepada publik harapan Indonesia menjadi Hebat dalam konotosi negatif tidak lah sebuah angan-angan namun telah kita lihat dalam 100 hari pertama Jokowi memimpin.



Lalu siapa sih master mind dari carut marutnya politik di Indonesia? Surya Paloh? Pasti bukan! Karena pria brewokan ini adalah politisi suci yang maksum dari dosa politik. Apalagi upaya mulia Paloh untuk mendapatkan harga BBM yang relatif murah melalu EP Sonangol.



Atau Megawati? Anak biologis Soekarno ini memang sejak awal telah mendeklarasikan betapa Jokowi adalah petugas partai yang sangat jelas aksentuasinya mengatakan bahwa semua sasaran mutu seorang Jokowi tidak boleh keluar dari panduan mutu seorang ketua umum tak tergantikan dari PDI Perjuangan. Lagi pula simbol perjuangan partai ini adalah membela wong cilik. Sebuah niat mulia yang telah dicatat malaikat jauh hari sebelum Jokowi lahir.



Atau Kalla? Ah mana mungkin lah! Kalla adalah pria berumur senja yang tidak akan menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya. Tujuan hidup dari Kalla tentu saja Indonesia yang Hebat, makanya atas nama harapan tersebut Kalla keluar dari gua tetirahnya dan mengamankan Indonesia dari ketidak-becusan Jokowi saat memimpin nanti. Dan terbukti, bisa jadi tanpa Kalla negeri ini mungkin telah rusuh dan anjloknya nilai keberterimaan rakyat atas carut marut pemerintahan yang saat ini masih dianggap the best goverment style sepanjang sejarah perjalananan bangsa.



Yang paling memungkinkan dan tersangka utama adalah Prabowo! Yes, jenderal pensiunan ini adalah aktor utama dari kisruh, penuh carut marut dan riuhnya cacian rakyat kepada pemimpin. Karena jika Prabowo kemarin tidak mencalonkan dirinya sebagai capres tentu saja Jokowi akan berjalan dengan anggun dan betul-betul terlahir dari rahim rakyat yang menginginkan perubahan mendasar. Bukan rakyat-rakyat dalam baju Nasdem, PDIP, Hanura dan PKB serta betul-betul akan menjelma menjadi presiden yang humble sebagai sifat dasarnya dan bukan manipulatif dan penuh kosmetika politik



Prabowo, minta maaf lah pada bangsa Indonesa. Gegara Anda seorang Komjen Budi Gunawan yang memiliki rekening gendut plus telah distabilo merah oleh KPK saat Jokowi memberikan persyaratan untuk menjadi Menteri saat pembentukan Kabinet Kerja masih dengan tanpa malu disodorkan oleh KMP. Dan karena Andalah, seorang pimpinan KPK ditangkap karena memberikan keterangan palsu yang ternyata luput saat di screening oleh DPR ketika Gerindra memiliki kuasa penuh di Senayan.



Salam Indonesia Hebat!



(Imam Prasetyo)



sumber: http://ift.tt/1ze2AXG









sumber : http://ift.tt/1EKB0zR

No comments:

Post a Comment