Monday, April 6, 2015

Bencana Kamp Yarmuk Perparah Krisis Segitiga; Hamas-RezimSuriah-Iran






Kolumnis Ahmad Al-Helah menegaskan, kirsis kamp pengungsi Yarmuk (yang dihuni pengungsi Palestina) membuktikan dalamnya krisis hubungan antara Hamas, rezim Suriah dan Iran. Bukan hanya secara lahiriah namun mengungkap penyebab krisis hubungan politik itu. Penyebab krisis hubungan itu adalah sikap Hamas terhadap Suriah dan Yaman yang membuat marah rezim Surian dan Iran. Faktor lain di lapangan adalah peluang yang diberikan Jabhah Nushrah kepada ISIS untuk menyerang kamp Yarmuk.



Ahmad Hilah menyebut penyebab jatuhnya kamp Yarmuk ke tangan ISIS adalah berkurangnya secara drastis penghuni kamp akibat blokade selama ini (dari 250ribu tersisa 18ribu), unsur milisi Fatah dan sebagian faksi Palestina lainnya yang loyal kepada rezim Suriah, serangan ISIS, faksi bersenjata lain yang melepaskan diri dari kamp kecuali hanya milisi Aknaf Baitul Maqdis milik Hamas yang masih membela kamp dari serangan ISIS.



Berikut tulisan lengkap Ahmad Al-Hilah yang dipublis infopalestina.com (6/4/2015):



Jatuhnya kamp pengungsi Palestina Yarmuk di Damaskus Suriah bukanlah cerita luar biasa. Sebab selama ini kamp bertahan selama krisis. Berulang-ulang kamp diserang dengan senjata berat, bom drum (barel) dan bom buta, namun warga kamp bertahan dan mampu menghadang segala macam serangan. Serangan rezim Suriah yang dibantu oleh milisi Palestina (Fatah) yang memihak kepada Basyar Asad berhasil dipatahkan selama bertahun-tahun.



Yang aneh adalah jatuhnya kamp Yarmuk di tangan ISIS hanya dengan senjata ringan sejak hari pertama serangan dari sisi selatan wilayah Hajar Aswad, Jalan 30, bundera Palestina. Bahkan ISIS mampu menguasai 80% wilayah kamp Yarmuk dalam kurang dari 72 jam. Inilah yang menimbulkan tanda-tanya kenapa begitu cepat.



Penyebab Jatuhnya Yarmuk



Sebelum menganilisis faktor dan latar belakang peristiwa di Yarmuk, pertempuran di Yarmuk terbatas pada ISIS yang didukung mujahidin Jabhah Nushrah (Jabhah Nusrah membantah -ed) melawan Brigade Aknaf Baitul Maqdis milik Hamas yang ada di dalam kamp Yarmuk untuk membela warga pengungsi. Untuk menafsirkan jatuhnya Yarmuk ada sejumlah penyebab obyektif di balik peristiwa itu; misalnya;



Pertama, kamp Yarmuk dikepung dan diblokade ketat sejak 600 hari berturut-turut sehingga terjadi kekurangan obat-oabatan, makanan, dan air secara tajam. Puluhan warga meninggal dunia karena kelaparan adalah bukti kerasnya blokade.



Kedua, sebagian besar warga pengungsi kamp Yarmuk mengungsi akibat krisis sehingga hanya tersisa 18 ribu warga dari 250 ribu warga. Sebagian besar warga yang tersisa adalah miskin, orang tua renta, yang tidak menemukan tempat aman serta tidak memiliki biaya hidup di Damaskus sehingga memilih bertahan dan rela mati sewaktu-waktu.






Ketiga, serangan ISIS bekerjasama dan berkoordinasi atau dengan persetujuan Jabhah Nushrah (JN) yang menguasai sejumlah titik di sebelah selatan Yarmuk. Bahkan tersiar kabar JN menyerahkan wilayah itu kepada ISIS. (menurut sumber khusus: JN menolak tudingan ini dan menyatakan kabar mereka memberikan wilayah ke ISIS adalah isu adu domba. Sampai tulisan dibuat, JN berjanji akan memberikan penjelasan resmi soal kasus ini -Red)



Keempat, bergabungnya sejumlah milisi Fatah yang disebut dengan brigade Zaatith yang dipimpin Abu Jihad Za’thtut ke barisan ISIS dan tak adanya satupun faksi Palestina yang bergerak karena mereka mendukung rezim Suriah seperti Brigade Komandan Umum, Perjuangan Rakyat, Shaidah dan Jaishush Tahrir. Mereka tak bergerak menyelamatkan kamp pengungsi Yarmuk dari serangan ISIS.



Kelima, sebagian besar milisi oposisi bersenjata di perkampungan selatan Damaskus tak membela kamp Yarmuk dan Palestina seperti Ahrar Sham, Sham Rasul, Jaisyul Islam, Ababil Huran. Hanya Aknaf Baitul Maqdis sendirian membela kamp Yarmuk menghadapi ISIS.



Keenam, tak ada dukungan media dan politik Palestina dan Arab. PLO, Otoritas Palestina, Mahmud Abbas membiarkan warga pengungsi Palestina di Yarmuk yang terblokade. Jangankan di Suriah, di Tepi Barat dan Jalur Gaza saja mereka biarkan.



Ketujuh, ketidak seimbangan kekuatan. Dimana ISIS didukung 1000 personel di sebelah selatan perkampungan Damaskus berhadapan dengan 200 personel dari pengungsi Palestina yang bertempur atas nama Brigade Aknaf Baitul Maqdis di Yarmuk.



Hamas, Target



Sejak hari pertama masuknya ISIS ke Yarmuk, rezim Suriah membidik dengan misil berat dan bom barel. Anehnya, semua faksi-faksi Palestina pendukung rezim yang ada di sekitar kamp dan wilayah utara tidak bergerak menghadapi serangan ISIS ke Yarmuk, hanya Aknaf Baitul Maqdis yang membela.



Artinya, perilaku rezim Suriah bersama faksi-faksi Palestina yang memihaknya ingin kamp Yarmuk jatuh di tangan ISIS dengan target beberapa hal:



- Jika ISIS sudah kuasai Yarmuk maka ada alasan rezim Suriah untuk menghabisi kamp pengungsi Palestina itu sehancur-hancurnya, tanpa beban politik dan kemanusiaan dengan dalih menghabisi ISIS kelompok ekstrim di mata dunia. Bagi rezim Suriah, Yarmuk adalah gerbang Damaskus sebelah selatan yang lebih dekat dengan bandara udara internasional Damaskus. Sehingga rezim ingin menguasai wilayah ini.



- Ingin menghabisi Aknaf Baitul Maqdis, faksi Palestina terkuat di Yarmuk yang selama ini membela Yarmuk dan pengungsi Palestina dan menghadang semua unsur kekuatan ke sana. Selama beberapa tahun terakhir milisi Hamas ini menjadi beban bagi rezim Suriah.



- Memberikan pukulan kuat, baik secara politik dan lapangan, kepada Hamas karena sikap politiknya dalam krisis Suriah secara umum dan sikap politik Hamas dalam krisis Yaman belakangan yang membela pemerintah konstitusional Yaman yang dipilih rakyat secara demokratis. Sikap Hamas ini mereka pahami sebagai mendukung operasi militer Saudi Sunni menghadang ekspansi Iran Syiah di kawasan (Timteng). Inilah yang membuat rezim Damaskus dan Teheran marah, dimana belakangan ingin merangkul Hamas Sunni ke pihaknya.



Jadi Yarmuk lah hari ini dan pengungsi Palestina di sana yang menanggung risiko krisis internal Suriah dan krisis kawasan yang meluas kemana-mana akibat politik Iran yang ingin menjadikan sekte Syiah sebagai jembatan untuk ekspansi dan kekuasaan. Ini akan menjadikan tembok pemisah agama antara Sunni dan Syiah semakin tinggi. (at/infopalestinacom)







sumber : http://ift.tt/1CNdO3Q

No comments:

Post a Comment