Sudah kehabisan kata-kata, karena sejak dua tahun lalu saya bicara, dan apa yg saya bicarakan adalah sekarang yg kalian semua lihat, dan nikmati. Saya bicara bagaimana karakter dia, intelektual dia, dan akan seperti apa negara ini di tangan dia.
Berulangkali dulu saya katakan, saya tidak membenci dia, atau karena punya alasan apapun, tapi karena saya mencintai Indonesia (bangsa dan rakyat) ini luar biasa. Saya hanya anak desa, sy tidak punya ambisi lain, selain ingin melihat para petani hidup sejahtera dan bisa menyekolahkan anak-anaknya.
Sebagai anak petani, kuliah, dan jadi wartawan, pengusaha hingga saya bisa masuk ring 1 para tokoh, semua telah saya lalui, namun kebencian saya terhadap para cecunguk yg menjual negara ini-- namun suka bicara demi rakyat--, bukan malah surut tapi terus berkobar.
Tak hanya itu dominasi kelompok tertentu atas perekonomian kita, sudah demikian timpang. Padahal setiap kali kita menyosal soal dominasi itu selalu dikatakan RASIS atau SARA. Akhirnya kita ini kaum melayu hanya bisa mingken atau terbeli!
Saat saya tau dia dikitari kelompok manusia-manusia yang sy benci di atas itulah saya pilih mundur, saya mencari sosok lain. Saya dukung Dahlan, ternyata dia ikut konvensi Demokrat, padahal saya gak suka Demokrat. Pilihan saya pun jatuh pada Prabowo, meski sy pernah mengkritiknya dia kurang merakyat.
Apa yg terjadi? Ketika saya katakan apa yg sebenarnya dan bagaimana sosok manusia itu, saya dibully habis, bahkan dilecehkan sampai pada yg sangat hina. Perkataan kotor semua pendukungnya menghiasi media sosial, dimana pun mereka menyebut nama saya. Berhenti disitu? Tidak ...sudahlah pokoknya saya dihabisi, bahkan ada yg sampai bilang, "Pokoknya Mbak nanik harus sampai bangkrut dan kalau perlu miskin ", itu kata teman saya . Saya menjawab .."Saya akn selalu kaya, karena saya gak pernah takut miskin, saya punya teman yg lebih banyak berdoa, ketimbang yg memaki saya,"....
Di saat saya mulai tersudut, dan tersakiti oleh sebuah kebenaran, saya akhirnya bertekat memberikan sebagain besar hidup saya untuk Tuhan. Saya bertekat tidak bersosial sendirian, tapi mengajak teman-teman untuk ikut bersedekah atau berbagi. Saya tidak malu utk SMS, WA atau BBM, untuk mengemis sedekah untuk saya bagikan lagi ke yang berhak. Saya mulai tidak peduli dengan hiruk pikuk politik, hari-hari saya hanya sedekah, sedekah, dan sedekah...siapapun saya ajak sedekah .....
Kini saya melihat orang-orang yg dulu memujanya, kini mulai mencercanya .....mereka yg berbalik arah itu kini bak Pahlawan ..he..he... padahal mereka mencerca karena gak kebagian tempat, sementara saya yg dulu berbalik arah dari awal malah bak pesakitan ....inilah kehidupan, tapi saya mulai menikmati ..
Dulu saya muak melihat foto-foto lama dimana dia ada di kantor saya, dimana halaman kantor saya dipakai untuk "showroom" Esemka, sekarang saya bisa ketawa-tawa melihat itu, bahkan kalau ada tamu ke Wedangan saya putarkan Kaleidoskop bagaimana ia (Jokowi) MEMULAI ...dan saya suka bilang, Wedangan 200 itu adalah "sejarah" karena di halaman yg sekarang dipakai warung itu, dulu Esemka dari Solo dipamerkan dan diliput ratusan media.
Saya kini seperti petani yg tengah menunggu panen ...dan Insyaallah tidak lama lagi...
*dari fb Nanik S Deyang, Senin (6/4/2015)
sumber : http://ift.tt/1a9ErGc
No comments:
Post a Comment