Friday, October 2, 2015

Idul Ghadir: Hari Raya Syiah Teragung


[Dilansir Hidayatullah.com, tanggal 2-4 Oktober 2015 ini, tokoh Syiah ekstrem asal Australia, M Tawhidi akan datang ke Jakarta guna mengisi acara Idul Ghadir. Apa itu Idul Ghadir? Berikut paparannya]

Oleh ustadz Ammi Nur Baits
Pengasuh KonsultasiSyariah.com

Syiah memiliki hari raya paling besar, melebihi keagungan hari raya Idul Fithri dan Idul Adha. Hari raya itu mereka sebut dengan Idul Ghadir (hari raya ghadir). Peristiwa ghadir menjadi momentum bersejarah yang paling berharga bagi syiah.

Menurut Ulama Syiah, Idul Ghadir adalah hari ketika Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah pengganti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Mereka mengklaim bahwa Jibril turun menyampaikan wahyu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menunjuk Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu sebagai khalifah.

Untuk membumikan aqidah ini, para tokoh Syiah menulis banyak buku yang mencantumkan fadhilah hari ghadir. Diantaranya,

1. Al-Ghadir wa al-Mu’aridhun, karya Ja’far Murtadha al-Amili.

2. Al-Ghadir fi at-Turats al-Islami, karya Abdul Aziz at-Tabatabai.

3. Dalil an-Nash bi Khabar al-Ghadir ‘ala Imamati Amiril Mukminin, karya Abul Fath Muhammad bin Ali al-Karajaki.

4. Al-ghadir fi al-Kitab al-Aziz, karya Syaikh Abdul Husain al-Amini.

5. Mafad Hadis al-ghadir, juga karya Syaikh Abdul Husain al-Amini.

6. Aqwal al-Ulama fi Shihhati Hadis al-Ghadir wa Tawaturihi, juga karya Syaikh Abdul Husain al-Amini.

7. Abdul Husain juga menulis Idul Ghadir fi al-Islam.

8. Baiatu al-Ghadir, karya Muhammad al-baqir al-Anshari.

Dan masih banyak lagi buku-buku mereka tentang hari Ghadir, yang isinya kurang lebih tidak jauh beda. Ini menunjukkan bagaimana antusias Syiah dalam menyebarkan aqidah tentang hari raya baru mereka, Idul Ghadir.

Dari sekian nama penulis di atas, ada satu penulis yang paling ‘ngotot’ dalam membela idul ghadir. Dia adalah Abdul Husain al-Amini. Anda perhatikan namanya, sungguh mengerikan bukan? Abdul Husain, hamba Husain. Artinya dia bukan hamba Allah, tapi penyembah Husain.

Kemudian ada salah satu tokoh syiah, yang digelari dengan al-Marja’ ad-Dini al-A’la (rujukan tertinggi masalah agama), Sayid Muhammad al-Husaini as-Syirazi, menulis sebuah buku yang berjudul: Idul Ghadir, A’dzamu al-A’yad fi al-Islam (Idul Ghadir: Hari Raya Terbesar dalam Islam). Buku itu diterbitkan oleh Haiah Ilmiah fi Hauzah Ar Rasul Al A’zham di Kuwait.

Buku ini tidak tebal, jika dibandingkan dengan karya semisalnya. Versi pdf yang ada pada kami tebalnya hanya 66 halaman. Si Sayid menyebutkan berbagai riwayat untuk mendukung aqidah sesat ini. Kemudian setelah menyebutkan berbegai riwayat tentang Ghadir Khum, penulis mulai memuji habis Ahlul bait, dan mencuplik beberapa kisah tentang perjalanan dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Anda yang sudah pernah membaca buku Sirah Nabawi, akan dibuat banyak keheranan dengan penjelasan buku ini. Atau bahkan anda akan menertawakannya. Dia menyampaikan lakon sejarah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berusaha menutupi sosok sahabat besar, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, radhiyallahu ‘anhum dan para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sekalipun dalam sejarah aslinya, di sana ada Abu Bakr, Umar, para istri beliau, atau sahabat senior lainnya. Tokoh yang ditonjolkan penulis hanya berkutat pada Ali, Hasan, Husain, Fatimah, Miqdad bin Aswad, dan Salman al-Farisi.

Mengapa tidak disebutkan? Karena bagi syiah, nama-nama itu adalah musuh mereka. Namun sayang, tidak ada versi terjemahan untuk buku ini. Karena khawatir buku asli mereka diketahui kaum muslimin Indonesia yang berpaham ahlus sunah. Tidak lain, ini bagian dari upaya taqiyah mereka. Menutupi muka aslinya, agar tidak diketahui aibnya.

Apa itu Ghadir Khum?

Selengkapnya: http://ift.tt/1GjNZsd




sumber : http://ift.tt/1PTZGLr

No comments:

Post a Comment