Berkempatan kembali menonton teater adalah sesuatu banget. Karena dunia teater sekarang mulai tergerus oleh budaya instan. Sudah jarang pementasan teater di negeri ini. Pertunjukan teater koma, populer juga tidak sering lagi, banyak hal yang membuat duni teater seakan mati suri. Teater Kanvas pun sudah hampir 10 tahun tidak ada produksi, hal ini seakan menjadi kebangkitan kanvas ke pentas.
"Penghuni Kapal Selam" (pertunjukan Teater Kanvas -ed) ini bercerita mengenai kondisi sebuah negeri tiran yang menindas rakyat dengan semena-mena (dengan dipenjara -ed). Konflik antar penghuni sel ini sangat menarik dengan dialog yang kuat.
Pentas yang berdurasi 2 jam ini terdiri dari 2 babak, secara umum sangat enak untuk dinikmati dari dialog, tempo permainan bahkan sampai tata cahaya panggung. Para aktor menghidupkan suasana panggung. Tokoh Pi’i seorang tukang es yang tidak pernah bisa mengingat sudah berapa lama berada di penjara ini. Tokoh utama dalam cerita ini adalah ustadz Abdul Gofar yang memegang teguh prinsip kebenaran yang menjadi keyakinannya, bahkan sipir dan juru runding pun dibuat kecewa tidak dapat meluluhkan hatinya.
Mereka adalah orang-orang tidak bersalah yang dijebloskan ke dalam penjara tanpa kejelasan. Kita diajak merenung, bahwa penjara tidak selalu menjadi tempat orang-orang yang bersalah. Bahkan orang sebaik Abdul Ghofar pun masuk penjara.
Sampailah kepada titik keputusasaan sipir. “Sebenarnya siapa yang dipenjara? Dia atau aku? Aku lelah karena tidak mampu mengalahkannya”, ungkap sipir sembari menyatakan pengunduran dirinya dari tugas penjaga penjara.
Kita diajak mengenal ketegaran ustadz Abdul Ghofar yang sangat menjaga ibadah selama di dalam penjara. Kita diajak mengenal kerapuhan politisi Jerio yang berusaha tampak tegar namun ternyata memiliki kepribadian sangat rapuh.
Namun akhirnya ketegaran ustadz Abdul Ghofar layak dijadikan pilihan sikap bagi kita semua. Semua orang harus memiliki pilihan sikap dalam menjalani kehidupan. Piihan apapun, itulah yang akan menentukan dan menunjukkan hati diri kita sesungguhnya.
Pesan yang disampaikan dalam pentas ini diolah sangat baik oleh Zak Sorga sebagai sutradara dan penulis naskah. Serta dukungan aktor yang tidak kalah menariknya sehingga pertunjukan menjadi hidup.
“Babak 2 adalah cerita yang baik, dialog dan ceritanya cair," ujar Fahri Hamzah wakil ketua DPR RI usai menyaksikan pentas di GKJ pada Kamis malam (23/10). Dan berharap dengan ada pentas ini dunia teater Indonesia kembali bangkit tidak tergerus budaya instan.
(Abu Syamil)
*sumber: http://ift.tt/1wxZ3O9
sumber : http://ift.tt/1t3JYmV
No comments:
Post a Comment